Saturday, March 26, 2011

kultur anther


KULTUR ANTHER

LAPORAN

OLEH
ACHMAD HAMBALI NST / 090301053
AET-1



LABORATORIUM  BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KULTUR ANTHER

LAPORAN

OLEH
ACHMAD HAMBALI NST / 090301053
AET-1



Laporan  Sebagai Salah Satu Syarat Untuk  Dapat Mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan





                                               

       Diketahui Oleh:                                                              Diperiksa Oleh      
Dosen PenanggungJawab                                                   Asisten Korektor





(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS)                                   (Nida Wafiqah Nabila)
 NIP. 19581017 198403 2 001                                              NIM. 070307014





LABORATORIUM  BIOTEKNOLOGI  PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

KATA PENGANTAR



            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari laporan ini adalah  “Kultur Anther” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bioteknologi Tanaman yaitu : Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS;                            Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSc; Ir. Eva Sartini Bayu, MP.                                                                    dan Ir. M. Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD. Juga kepada abang dan kakak asisten laboratorium Bioteknologi Tanaman yang telah membantu penulis dalam praktikum dan  menyelesaikan laporan ini.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan ini.
            Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Februari 2011



            Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI   .................................................................................................. ii    
RINGKASAN PERCOBAAN........................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 2

BAHAN DAN ALAT
            Bahan...................................................................................................... 5
            Alat......................................................................................................... 5
            Prosedur Percobaan................................................................................ 6

PROSEDUR PERCOBAAN.......................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Hasil........................................................................................................ 7
            Pembahasan ........................................................................................... 7

KESIMPULAN DAN SARAN

            Kesimpulan ............................................................................................ 9
            Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA


RINGKASAN PERCOBAAN
            Pratikum dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2011 di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan dari pratikum adalah untuk memeperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali.
            Alat yang digunakan dalam kultur anther adalah autoklaf, petridish, LAF (Laminar Air Flow), Timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, scalpel, pinset, handsprayer, lampu bunsen, autoklaf, sarung tangan, masker, penutup kepala, talam, dan alat lain yang mendukung kegiatan praktikum sedangkan bahan yang digunakan adalah media MS , kuncup bunga tembakau, bunga pepaya, embrio ,bunga genjer,  chlorox 10%, tween-20, benlate 2 g/l + dithane M-45 2 g/l, betadin, aquadest steril, alumunium foil, kertas saring, spiritus, serta bahan lain yang mendukung kegiatan praktikum. Dicuci bahan-bahan eksplan dengan air bersih dan detergen agar tidak mengandung sumber kontaminan, sebelum proses penanaman dimulai, bahan tersebut harus disterilkan dengan mencelupkannya ke dalam larutan fungisida yaitu benlate + dithane M-45 + tween-20 selama 30 menit sambil digojok, selanjutnya direndam lagi dengan chlorox + tween-20 dua kali berturut-turut selama 10 menit dan 15 menit sambil digojok, dan setiap waktu perendaman eksplan dibilas dengan air bersih sebanyak 3 kali, lalu diambil bagian embrio dari biji dengan hati-hati untuk ditanam dalam media MS  dan selanjutnya diinkubasi dealam keadaan terang dengan suhu 250 C.
            Dari hasil percobaan diperoleh hasil persentase pertumbuhan bunga pepaya sebesar 100% dan bunga genjer dan tembakau sebesar 66,67%.

TINJAUAN PUSTAKA
Anther diperoleh dari tunas bunga dan dapat dikulturkan pada medium padat atau cair sehingga terjadi embryogenesis. Selain itu pollen juga dapat diambil secara aseptic dan dikulturkan pada medium cair. Proses perbanyakan tanaman haploid dengan menggunakan gametofity jantan semacam ini disebut sebagai androgenesis (Yuwono, 2008).
Kultur anther merupakan salah satu teknik dasar penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari kultur anther akan didapatkan tanaman haploid. Pembentukan tanaman haploid melalui pembentukan kalus atau androgenesis langsung. Manfaat tanaman haploid dalam pemuliaan tanaman adalah apabila digandakan kromosomnya dengan kolkhisin atau melalui fusi protoplas akan diperoleh tanaman 100% homozigot (http://www.rudyct.com, 2010).
Kultur anther dan serbuk sari digunakan untuk menghasilkan          tanaman monoploid atau haploid. Meskipun mutasi mudah terjadi dalam sel biakan   namun banyak mutasi tersebut bersifat resesif. Oleh karena itu           tidak terdektesi karena sel – selnya dalam keadaan diploid atau poliploid (Wijayani, 1994).
Kegunaan kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanamn monohaploid yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan dapat menghilangkan sifat resesif, serta dari monohaploid dapat dihasilkan derivate yang dihaploid (diploid) dengan cara merangkapkan kromosom dengan perlakuan kolkisin dan mengadakan silangan tanaman monohaploid dan untuk membuat tanaman homozigot (Bennet dan O’neil, 1989).
Tanaman haploid dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik kultur invitro anther dan pollen. Anther diperoleh dari tunas bunga dan dapat dikulturkan pada medium padat atau cair sehingga terjadi embriogenesis. Selain itu pollen juga dapat diambil secara aseptik dan dikulturkan pada medium cair. Proses perbanyakan tanaman haploid dengan menggunakan gametofit jantan semacam ini diesebut sebagai androgenesis. Ada dua macam androgenesis yaitu androgenesis langsung dan tidak langsung. Androgenesis langsung adalah proses pembentukan plantlet haploid dengan menggunakan kultur anther, sedangkan pada androgenesis tidak langsung adalah plantlet terbentuk melalui pembentukan kallus yang kemudian mengalami regenerasi menjadi plantlet (Yuwono, 2008).
Faktor – faktor yang menentukan hasil akhir kultur anther adalah kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti temperatur, fotoperiodisasi dan intensitas cahaya, umur tanaman donor (tunas yang digunakan berasal dari pembungaan awal), dan tingkat perkembangan pollen paling baik pollen digunakan pada tringkat pembelahan mitosis pertama (Hendaryono, 2004).
Untuk menghasilkan haploid terbaik, kondisi optimum yang harus diperhatikan untuk setiap kultur atau spesies yaitu, tahap perkembangan mikrospora, komposisi media, pra perlakuan anther, sumber, kondisi, dan umur tanaman dimana anther diambil (Nasir, 2002).
Media yang biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah media MS   yang mana media ini mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman. Medium ini sudah          digunakan banyak orang karena karena medium ini cocok untuk berbagai                 tanaman (Rahardja, 2001).
Produksi kalus dan embrio somatik dari kultur anther dan pollen telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies. Yang menarik disini adalah produksi embrio haploid yaitu embrio yang hanya memiliki satu sel dari pasangan kromosom normal. Ini dihasilkan dari jaringan gametofitik pada anther. Jumlah kromosom dapat digandakan kembali dengan pemberian bahan kimia  seperti cholcicine dan tanaman yang dihasilkan akan memiliki pasangan-pasangan kromosom identik (http://www.fpunud.ac.id, 2010).
Langkah terpenting dan kritis dari teknik kultur anther adalah pembentukan tingkat perkembangan serbuk sari yang paling tebal untuk dijadikan eksplan sehingga androgenesis dapat berlangsung. Anther yang diinginkan adalah anther dengan serbuk sari pada fase mid. Uninucleate. Fase tersebut memiliki ciri yaitu hanya ada 1 nukleus untuk setiap sel yang berada di tengah. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dan melakukan pewarnaan tertentu (umumnya menggunakan acetocarmin atau aceto orcein) untuk mendapatkan gambar yang kontras (Zulkarnain, 2000).
Auksin bermanfaat untuk proses pemanjangan sel pada jaringan tunas muda. Di samping itu, auksin juga berpengaruh dalam pembentukan akar. Untuk tanaman dewasa, auksin bermanfaat dalam pertumbuhan buah. Pada konsentrasi yang rendah, auksin berpengaruh baik pada proses pemanjangan sel. Sebaliknya, dalam konsentrasi yang terlalu tinggi auksin justru dapat menghambat. Oleh karena itu, penggunaan auksin harus sungguh-sungguh memperhatikan dosis. Hormon yang termasuk ke dalam golongan auksin di antaranya adalah 2,4 D   (2,4-Dichlorophenoxy acetic acid) (Rahardja, 2001).

BAHAN DAN ALAT
Bahan
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah media                        MS sebagai media tanam dalam percobaan kultur anther, bunga tembakau,bunga genjer dan bunga pepaya digunakan sebagai eksplan pada praktikum kultur anther; alcohol 96 % untuk mensterilkan eksplan dan ruang penabur (LAF); aquadest steril digunakan untuk membersihkan sisa larutan pensteril; betadine 5% sebagai antibiotic; benlate 2g/l + dithane M-45 2 g/l sebagai larutan fungisida untuk merendam eksplan; chlorox 10% digunakan untuk mensterilkan eksplan; alumunium foil sebagai penutup botol kultur, tween 20 untuk mensterilkan eksplan; spiritus sebagai bahan bakar bunsen dan untuk sterilisasi eksplan dan alat (pinset dan scalpel); label untuk pemberian label pada botol kultur; korek api untuk menyalakan api bunsen; detergen untuk membersihkan permukaan eksplan dan kertas saring yang digunakan untuk menyerap air yang ada pada eksplan.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol kultur sebagai tempat penanaman eksplan, autoklaf untuk mensterilkan alat-alat, petridish untuk tempat meletakkan eksplan, LAF (Laminar Air Flow) untuk menabur atau tempat menanam, erlenmeyer sebagai wadah larutan, gelas ukur untuk menakar larutan yang digunakan, timbangan analitik untuk menimbang media dan bahan yang digunakan, scalpel untuk memotong eksplan, pinset untuk menjepit eksplan pada waktu menanam, handsprayer untuk menyemprotkan alkohol, lampu bunsen untuk membakar eksplan dan mensterilkan scalpel dan pinset, gunting untuk membuang bagian tanaman yang tidak terpakai, baju lab untuk dipakai ketika bekerja sehingga mengurangi kontaminasi, masker sebagai penutup mulut, sarung tangan untuk menutupi tangan, rak kultur sebagai tempat meletakkan botol kultur, sikat / brush untuk menyikat dan membersihkan eksplan dari kotoran, tutup kepala untuk menutup rambut, talam untuk membawa botol kultur dalam ruang inkubasi, serbet untuk membersihkan meja LAF, pulpen sebagai alat tulis.


PROSEDUR PERCOBAAN
Sterilisasi Eksplan
-       Dicuci eksplan dengan detergen selama 30 menit sambil terus digjok kemudian dibilas dengan air mengalir.
-       Direndam eksplan yang sudah bersih dalam larutan Benlate 2 g/l + dithane M-45 2 g/l + tween 20 sebanyak 2-3 tetes, kemudian digojok selama 30 menit, selanjutnya dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali.
-       Direndam eksplan dalam larutan chlorox 20% + tween 20 selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali.
-       Direndam eksplan dalam larutan chlorox 20% + tween 20 selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali.
-       Direndam eksplan dalam larutan Betadine 5% selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3 kali.
Penanaman Eksplan
-       Dipindahkan kuncup bunga yang sudah steril ke dalam petridish.
-       Dikeluarkan kepala sari dari kuncup bunga dengan menggunakan scalpel dan pinset.
-       Ditanam anther pada media MS .
-       Diinkubasi kultur tersebut dalam keadaan terang dengan suhu 25oC.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh persentase tumbuh dari masing-masing adalah :
% tumbuh pepaya       =
                               =  3/3 x 100%
                               = 100%
%  tumbuh genjer        =
                               =  2/3 x 100%
                               = 66,67%
%  tumbuh tembakau   =
                                     = 2/3 x 100%
                                     = 66,67%
Pembahasan                                              
Dari hasil didapatkan bahwa besarnya persen tumbuh pepaya adalah sebesar 100%. Besarnya angka ini menunjukkan bahwa dalam proses pengkulturan Faktor – faktor yang dibutuhkan oleh eksplan terpenuhi seperti temperatur, fotoperiodisasi, intensitas cahaya, dan sebagainya. Hal ini sesuai literatur Hendaryono (2004) yang menyatakan faktor yang menentukan hasil akhir kultur anther adalah kondisi pertumbuhan tanaman donor seperti temperatur, fotoperiodisasi dan intensitas cahaya, umur tanaman donor (tunas yang digunakan berasal dari pembungaan awal), dan tingkat perkembangan pollen paling baik pollen digunakan pada tringkat pembelahan mitosis pertama.
Dari hasil percobaan didapatkan persen tumbuh genjer sebesar 66,67%. Hal ini dapat kita ketahui bahwa kebutuhan akan temperatur yang sesuai tidak terpenuhi sehingga keberhasilannya tidak 100%. Hal ini sesuai dengan literatur Nasir (2002) yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan haploid terbaik, kondisi optimum yang harus diperhatikan untuk setiap kultur atau spesies yaitu, tahap perkembangan mikrospora, komposisi media, pra perlakuan anther, sumber, kondisi, dan umur tanaman dimana anther diambil.
Kegunaan kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanamn monohaploid yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan dapat menghilangkan sifat resesif, serta dari monohaploid dapat dihasilkan. Hal ini sesuai dengan literatur Bennet dan O’neil, (1989) yang menyatakan bahwa kegunaan kultur anther antara lain mampu menghasilkan tanaman monohaploid yang dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya dan dapat menghilangkan sifat resesif, serta  dapat dihasilkan derivate yang (diploid) dengan cara merangkapkan kromosom dengan perlakuan kolkisin dan mengadakan silangan tanaman monohaploid dan untuk membuat tanaman homozigot .
Media yang digunakan dalam percobaan kultur anther adalah media MS. Media merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan kultur jaringan, karena di dalam media terkandung berbagai nutrisi dan zat pengatur tumbuh yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikulturkan. Sesuai dengan literatur dari Rahardja (2001) bahwa media yang  biasa digunakan untuk kultur jaringan adalah media MS yang  mana media ini mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.   Persentase tumbuh pada pepaya adalah sebesar 100 %
2.   Persentase tumbuh pada genjer adalah sebesar 66,67 %
3.   Persentase tumbuh pada tembakau adalah sebesar 66,67 %
4.   Media yang digunakan pada percobaan ini adalah media MS karena media MS dapat digunakan pada semua tanaman.
5.   Kuncup bunga yang digunakan harus dalam fase menguncup (mid-unincleate) agar kultur anther dapat berhasil.
Saran
Sebaiknya bahan dan alat yang digunakan dalam percobaan ini dalam keadaan steril agar eksplan tidak terkontaminasi


DAFTAR PUSTAKA
Bennet dan O’Neil, S. 1989. Horticultural Biotechnology. Willey – Liss Inc Publication. New York

Hendaryono,D. P. S. Dan Ari. W., 2004. Teknik Kultur Jaringan-Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern, Kanisius, Yogyakarta.

http://www.fpunud.ac.id/biotek/kuljar. Diakses pada tanggal 18 Maret 2011.              

http://www.rudyct.com/pps70-iph/10245/widi.agustin. Diakses pada tanggal  18 Maret 2011.

Nasir, M. 2002. Bioteknologi Potensi dan Keberhasilannya Dalam Bidang Pertanian. Grafindo Persada, Jakarta.

Rahardja, D. C. 2001. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wijayani, A. 1994. Bioteknologi. UGM Press. Yogyakarta.
Yuwono, T., 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press, Yogyakarta.

Zulkarnain, H., 2000. Kultur Jaringan Tanaman-Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. Bumi Aksara, Jakarta.






kultur embrio


KULTUR EMBRIO

LAPORAN

OLEH
ACHMAD HAMBALI NST / 090301053
AET-1






LABORATORIUM  BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KULTUR EMBRIO

LAPORAN

OLEH
ACHMAD HAMBALI NST / 090301053
AET-1



Laporan  Sebagai Salah Satu Syarat Untuk  Dapat Mengikuti Praktikal Tes di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan





                                               

       Diketahui Oleh:                                                              Diperiksa Oleh      
Dosen PenanggungJawab                                                   Asisten Korektor





(Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS)                                   (Nida Wafiqah Nabila)
 NIP. 19581017 198403 2 001                                              NIM. 070307014





LABORATORIUM  BIOTEKNOLOGI  PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


KATA PENGANTAR



            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari laporan ini adalah  “Kultur Embrio” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bioteknologi Tanaman yaitu : Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS;                            Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSc; Ir. Eva Sartini Bayu, MP.                                                                    dan Ir. M. Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD. Juga kepada abang dan kakak asisten laboratorium Bioteknologi Tanaman yang telah membantu penulis dalam praktikum dan  menyelesaikan laporan ini.
            Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan laporan ini.
            Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Februari 2011



            Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI   .................................................................................................. ii    
RINGKASAN PERCOBAAN........................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 2

BAHAN DAN ALAT
            Bahan...................................................................................................... 5
            Alat......................................................................................................... 5
            Prosedur Percobaan................................................................................ 6

PROSEDUR PERCOBAAN.......................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
            Hasil........................................................................................................ 7
            Pembahasan ........................................................................................... 7

KESIMPULAN DAN SARAN

            Kesimpulan ............................................................................................ 9
            Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

RINGKASAN PERCOBAAN

Percobaan dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2011 di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk penyelamatan embrio, memperpendek siklus breeding, menguji kecepatan viabilitas biji, memperbanyak tanaman langka, dan untuk memperoleh hybrid yang langka.
Bahan yang digunakan adalah embrio durian, embrio jeruk dan embrio jagung. Kemudian ketiga bahan tersebut dicuci sampai bersih dengan air dan detergen. Lalu dipotong perlahan-lahan untuk medapatkan embrio dari ketiga biji tersebut. Embrio yang telah berhasil di pisahkan dari biji kemudian dikulturkan dalam media MS + GA3 yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu botol kultur di beri aluminium foil sampai benar-benar tidak ada celah lagi. Setelah itu botol kultur dimasukkan ke dalam ruang inkubasi.
Dari percobaan kultur embrio tersebut diperoleh persentase tumbuh pada embrio durian 100%, embrio jeruk 100% dan embrio jagung 100%.

TINJAUAN PUSTAKA

Kultur embrio berguna dalam menolong embrio hasil persilangan seksual antara spesies atau genera yang berkerabat jauh yang sering kali gagal karena embrio hibridanya mengalami keguguran. Kultur embrio telah digunakan untuk menghasilkan hibrida untuk beberapa spesies tanaman. Media kultur embrio mencakup garam-garam anorganik, sukrosa, vitamin, asam amino, hormon, dan substansi yang secara nutrisi tidak terjelaskan seperti santan kelapa. Embrio yang lebih muda membutuhkan media yang lebih kompleks dibandingkan dengan embrio yang lebih tua. Perpindahan embrio dari lingkungan normal dalam biji akan mengatasi hambatan yang ditimbulkan oleh kulit biji yang sulit ditembus (Nasir, 2002).
Kultur embrio belum matang yang diambil dari biji memiliki 2 macam aplikasi. Dalam beberapa hal, incompatibilitas antar spesies atau kultivar yang timbul setelah pembentukan embrio akan menyebabkan aborsi embrio. Embryo seperti ini dapat diselamatkan dengan cara mengkulturkan embrio yang belum matang dan menumbuhkannya pada media kultur yang sesuai. Aplikasi lain kultur embrio adalah untuk menyelamatkan embrio yang sudah matang agar tidak mati akibat serangan hama dan penyakit (http://www.fp.unud.ac.id, 2010).
Proses perkecambahan pada kultur embrio dimulai dari Benih menyerap air melalui testa, Embrio mengalami imbibisi, membengkak, pembelahan sel dimulai, dan embrio menembus kulit biji, Protocorm terbentuk dari massa embrio, Diferensiasi organ dimulai dg pembentukan meristem tunas & rhizoid, Jika ada cahaya, daun terbentuk, diikuti oleh akar sejati. Rhizoid & protocorm tidak berfungsi lagi dan terdegenerasi (Slater et.al., 2003).
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan kultur embrio adalah :
       Genotipe : Pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi dan tumbuh, sementara tanaman lain susah
       Tahap (stage) embrio diisolasi The bigger the better
       Kondisi tumbuh tanaman Inang : Sebaiknya ditumbuhkan di rumah kaca/ kondisi terkontrol. Embrio mesti cukup besar dan berkualitas tinggi
(Zulkarnain, 2009).
Kondisi media kultur embrio harus diperhatikan, seperti Hara makro dan mikro, Ph 5.0 – 6.0, Sukrosa sbg sumber energi. Embrio belum matang perlu 8 – 12%, matang perlu 3%, Auksin dan sitokinin tidak diperlukan. GA untuk memecahkan dormansi, Vitamin (optional), Senyawa organik (opt), air kelapa, casein hydrolisate, glutamin (penting) (Luri, 2009).
Kultur embrio adalah kultur jaringan tanaman dengan menggunakan eksplan berupa embrio tanaman. Embrio tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan kalus dari embrio yang digunakan. Embrio diharapkan tetap mempertahankan integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman. Kultur embrio ditujukan              untuk membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap                      (George and Sherrington, 1984).
Embrio yang dikulturkan harus berada dalam kondisi Menunjukkan masa dormansi yang panjang, Embrio hibrida hasil penyilangan interspesifik yang tidak kompatibel dengan endospermnya, Embrio dengan endosperm yang               rusak seperti kelapa kopyor, Embrio tanpa endosperm seperti pada anggrek. 2 macam kultur embrio: Kultur embrio yg belum matang, utk mencegah keguguran : embryo rescue, Kultur embrio matang, utk merangsang perkecambahan : embryo culture. Isolasi secara steril embrio matang  ataupun belum matang, dengan tujuan memperoleh tanaman yang viabel (Wetter dan Constabel, 1991).
Kondisi Lingkungan kultur embrio yaitu memerlukan Oksigen (perlu oksigen tinggi), Cahaya : kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesa klorofil, Suhu : kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4oC) untuk memecah dormansi (Sugito dan Nugroho, 2004).

BAHAN DAN ALAT

Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah embrio durian, embrio jeruk dan embrio jagung sebagai eksplan, media MS + GA3 1 ppm sebagai media tanam, betadine untuk mensterilkan alat dan bahan, detergen untuk mensterilkan eksplan, air untuk membersihkan eksplan dari sisa detergen, aquades steril sebagai pensterilisasi, dan juga alkohol sebagai pensterilisasi alat.
Alat
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah petridish sebagai wadah eksplan sebelum ditanam, LAF sebagai tempat menanam tanaman, scalpel untuk memotong-motong eksplan, pinset untuk mengambil eksplan dan menahannya ketika objek dipotong, handsprayer untuk menyemprotkan alkohol ke tangan, serta alat dan bahan, botol kultur sebagai tempat kulturisasi eksplan, masker dan sarung tangan digunakan untuk mencegah kontaminasi, aluminium foil untuk menutup botol kultur, rak inkubasi sebagai tempat meletakkan botol kultur, label nama untuk pemberi nama pada botol kultur, dan pulpen untuk menulisi label nama.

PROSEDUR PERCOBAAN

-            Dibersihkan biji durian, jeruk dan jagung dengan air keran

-            Disterilisasi biji durian, jeruk dan jagung tersebut dengan menggunakan betadine dengan cara merendamnya ke dalam betadine
-            Dibuang bagian ujung dan sisi kanan-kiri biji durian, jeruk dan jagung dengan menggunakan scalpel
-            Dipotong biji durian, jeruk dan jagung hingga embrio dari biji tersebut diperoleh
-            Dimasukkan embrio biji durian, jeruk dan jagung ke dalam botol kultur yang berisi media MS + GA3
-            Ditutup botol kultur dengan aluminium foil
-            Diinkubasi kultur dalam keadaan gelap dengan suhu 25oC

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
            Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh persentase embrio yang tumbuh adalah :
% tumbuh =  jumlah tanaman yang hidup         X 100%
Jumlah tanaman seluruhnya

Biji durian = 4/4 x 100 % = 100%
Biji jeruk = 4/4 x 100% = 100 %
Biji jagung = 4/4 x 100% =100 %.

Pembahasan

            Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh persentase tumbuh dari embrio durian 100%, jeruk 100 % dan jagung 100 %. Dari ketiga embrio yang di kulturkan tidak satupun yang mengalami kegagalan untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu baru, disebabkan karena embrio yang dikulturkan dapat memperpendek jalur perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literatur Nasir (2002) yang menyatakan bahwa Kultur embrio berguna dalam menolong embrio hasil persilangan seksual antara spesies atau genera yang berkerabat jauh yang sering kali gagal karena embrio hibridanya mengalami keguguran.
            Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada tanaman yang dikulturkan sama sekali tidak terjadi kontaminasi media ataupun eksplan. Hal ini terbukti pada persentase pertumbuhan embrio dalam media MS + GA3 semuanya 100%. Hal ini sesuai dengan literatur Zulkarnain (2009) yang mengatakan bahwa sumber kontaminan itu bisa berasal dari sterilisasi yang tidak sempurna, lingkungan kerja, eksplannya yang mengandung kontaminan di dalam jaringannya, dan juga bisa berasal dari serangga yang berhasil masuk ke dalam botol kultur tersebut, tetapi ketika pengkulturan berhasil maka kontaminan dianggap tidak ada.
            Dari hasil percobaan dengan menggunakan media MS + GA3 diperoleh embrio tumbuh dengan baik karena kondisi media kultur embrio yang berupa hormon membantu inisiasi divisi sel. Hal ini sesuai dengan literatur Luri (2009) bahwa Kondisi media kultur embrio harus diperhatikan, seperti Hara makro dan mikro, Ph 5.0 – 6.0, Sukrosa sbg sumber energi. Embrio belum matang perlu 8 – 12%, matang perlu 3%, Auksin dan sitokinin tidak diperlukan. GA untuk memecahkan dormansi, Vitamin (optional), Senyawa organik (opt), air kelapa, casein hydrolisate, glutamin (penting).
Kondisi lingkungan Embrio yang dikulturkan yaitu dengan suhu 4OC (dingin) untuk memecah dormansi. Hal ini sesuai dengan literatur Sugito dan Nugroho (2004) bahwa Kondisi Lingkungan kultur embrio yaitu memerlukan Oksigen (perlu oksigen tinggi), Cahaya : kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesa klorofil, Suhu : kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4oC) untuk memecah dormansi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.            Dari hasil percobaan diperoleh Persentase tumbuh pada embrio durian sebesar 100 %
2.            Dari hasil percobaan diperoleh Persentase tumbuh pada embrio jeruk sebesar 100%
3.            Dari hasil percobaan diperoleh Persentase tumbuh pada embrio jagung yang diperoleh sebesar 100%
4.            Dari hasil percobaan diketahui bahwa media MS + GA3 dapat menumbuhkan embrio pada biji durian, jeruk dan jagung
5.            Dari hasil percobaan diketahui bahwa suhu dan cahaya pada ruang inkubasi sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya kultur embrio yang dilakukan.

Saran

Sebaiknya dalam percobaan kultur embrio harus benar-benar teliti ketika pemotongan biji untuk mendapatkan embrionya. Karena dapat mengakibatkan embrio rusak jika tidak hati-hati memotongnya.


DAFTAR PUSTAKA



George and Sherrington, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Ltd. England.

http://www.fp.unud.ac.id. 2010. ZPT. Diakses pada tanggal 7 Maret 2011.

Luri, S. 2009. Diakses dari http://kultur-jaringan.blogspot.com tanggal 7 Maret 2011.

Nasir, M. 2002. Bioteknologi Molekuler. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Slater, A., N. Scott. & M. Fowler. 2003. Plant Biotechnology. Oxford university Press, inc, New York.

Sugito, H dan A. Nugroho, 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya, Yogyakarta.

Wetter, L. R. dan F. Constabel, 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB Press. Bandung.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.