Sunday, September 13, 2015

LPDP Scholarship


TERNYATA, OH TERNYATA... LPDP
Achmad Hambali Nasution
 
 Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hello fellas!

I have a very big excitement to share my story to you as a scholarship hunter. But I don’t know how to start it because it was complicated to tell. Tear? Absolutely Yes. Confused? Hell yeah. Give up? HELL TO THE NO! Scholarship arena is a bloody arena, prepare yourself. Lol... but that was my own version.

June 2014
Setelah diwisuda diawal bulan Juni 2014, saya bertekad untuk membuat sebuah program social di kota Medan. Saya paham, tuntutan seorang sarjana di lingkungan keluarganya yaitu harus bekerja di perusahaan yang kece dan bergaji gede. Dan hal ini pun juga sempat mengancam rencana program social saya batal dikarenakan keluarga saya juga mengharapkan saya untuk bekerja di perusahaan Internasional yang pastinya bakalan menggaji saya dengan gaji yang tinggi. Tapi Alhamdulillah, Allah mendukung saya untung mengarungi jalan yang berbeda dari teman-teman saya. Saya berhasil membuat e-PuS (English Public Speaking) class di kota Medan, sebuah program yang melatih mahasiswa dari background dan universitas yang berbeda agar bisa memiliki kecakapan dalam English Public Speaking. Untuk lebih detail projek social ini, kalian bisa membuka link dibawah ini. 

e-PuS Class

Projek social tersebut berakhir sampai akhir tahun 2014 dengan hasil yang memuaskan dan membanggakan dikarenakan mente mente yang saya latih menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. Dari tidak pede menjadi pede, dari tidak lancar berbahasa inggris jadi lancar, dari malu-malu jadi malu-maluin (Lol… yang ini tidak benar yak ^_^).

September 2014
In the beginning of September 2014, I felt that finding a properly job is not my thing. I still have much passion to continue Master abroad. That’s what I told to my Mom and Papa that I want to apply the scholarship for my study and asked them for money so that I can take the IELTS test first, I explained it carefully. Actually I was so ashamed of myself because since I graduated in January 2014 until at that time, I couldn’t give them anything like money or wealth. But I encourage myself to say it to them honestly. I never imagined that they would support me in September 2014 by providing me the money. Then I took IELTS test on 10th October 2014.

I prepared myself intensively by self-study with 9 edition of Cambridge IELTS book which I got from Internet. I forgot the website address because I got from random web, and got the listening and speaking session from You Tube. Karena sudah sangat intensive nya self-study, saya langsung menargetkan IELTS score saya pasti bisa dapat 7.0 overall. Extremely self-confidence. Gara-gara itu mungkin kali ya Allah langsung memberikan saya cobaan yang belom pernah saya duga sebelumnya bisa terjadi.

I remembered clearly the moment on 7th October 2014, 3 days before my IELTS test, my Papa got into the ICU in one of the hospital in Medan. Actually I was shocked and want to decide to not come to the test because I don’t want to leave my Papa in that hospital with only my mom because all of my sister and brother should go to work. But my Mom told me that I should go because I already spent much money to take that test and impossible for me to get the money back or even to delay it. She said that Papa want me to use the chance really well. That’s why I attended the IELTS test on 10th October 2014. In that test I was not in a full concentration, the time was like a bomb-timer for me. I did it in a rush.

November 2014
The result announced in the beginning of November. I got 6.0 overall and I thanked Allah for it. Saya mencoba berpositive thinking saja pada saat itu. Even I was not in a full concentration I can get 6.0 overall, and how if I was in a full concentration, pasti bisa dapat lebih. Atau memang dasarnya saya saja yang memang dongok (hahaha…). At that time I promised to myself that I will retake the IELTS test in the country where I do my master degree and will effort my best until I get 7.5 overall. Insyaallah.

Meskipun dengan berbekal IELTS 6.0 saya tidak patah semangat untuk mencari kampus-kampus terkenal didunia yang mensyaratkan minimum IELTS score nya seperti yang saya punya. In fact, ada banyak kampus-kampus terkenal di dunia, terkhusus di bidang Ilmu Pertanian, yang menerima IELTS 6.0 overall. Sebut saja Nottingham University di UK, Gottingen University di Germany, Wageningen University di Belanda, dan beberapa universitas terkenal di USA menerimanya. Saya pun semakin gencar melempar aplikasi. I applied to 4 universities and rejected by 1 university in UK, that’s Nottingham University. 3 lainnya yaitu Newcastle University, Gottingen University dan Wageningen University menerima saya dengan memberikan saya LoA (Letter of Acceptance).


Saya semakin yakin kalau universitas saja bisa lulus, pasti ada jalan mendapatkan beasiswa. Sembari mencari tahu kesempatan beasiswa dimasing-masing universitas yang saya diterima, tiba-tiba saja email saya dibanjiri dengan informasi beasiswa lainnya seperti Erasmus Mundus, Paris Saclay, Turkiye Scholarship, Stuned, Fulbright, ADS, dan masih banyak lagi. Tapi tetap saja saya tidak bisa apply ke semuanya disebabkan beberapa dari mereka mensyaratkan score IELTS nya harus minimal 6.5 overall. Dan inilah list beasiswa yang telah berhasil saya apply secara complete.
  





 
1.         Erasmus Mundus – Agrismundus
Ini merupakan beasiswa yang pertama sekali saya apply yang mensyaratkan nilai IELTS minimal 6.0 overall. Tapi saya tidak lulus dikarenakan pesaing saya dari belahan dunia lain memiliki nilai IELTS yang higher than mine.

2.         Erasmus Mundus – Flood Risk Management
Ini adalah program favorit saya di Emundus application. Tapi saya hanya lulus di Partial Scholarship nya saja. Maksud partial scholarship itu Cuma 25% atau 50% dari total biaya yang akan ditanggung sama Erasmus. Sisahnya dari kita. Buat orang seperti saya, partial scholarship means Gagal because that’s impossible for me to afford the rest of those fee. Mau kerja dimana dan sebagai apa biar bisa menutupi biaya separuhnya lagi, apalagi kalau kita berbicara biaya hidup di Eropa. T_T 

3.         Erasmus Mundus – Tropical Agriculture
This program was adorable. In this program you’ll learn in 7 countries about tropical Agriculture. Tapi sayangnya saya gagal, bahkan untuk partial scholarship nya saja saya tidak terpilih. Saya sudah mulai bersedih saat itu. Meskipun masih bisa saya control.
  
4.         University Paris Saclay – AgroParisTech
Ini salah satu program beasiswa dari University Paris Saclay yang akan memberikan beasiswa full untuk mahasiswa International yang berprestasi. Tapi syaratnya agak rancu. Diperkenalan program melalui websitenya, beasiswa ini mensyaratkan IELTS 6.0 minimal. Tapi pada waktu pengumuman melalui email pribadi saya, saya gagal dengan alasan karena saya tidak memiliki sertifikat bahasa Perancis. Saya tidak merasa sedih ketika mendapatkan pengumuman ini, malah saya merasa kurang mengerti dengan beasiswa ini. Tapi yasudahlah itu telah menjadi pengalaman buat saya.
5.         Stuned – The Netherland
Di beasiswa inilah puncak kesedihan saya. Actually I’ve put much hope on Stuned with LoA from Wageningen University. I felt that I’ll get those scholarship without any reason, just a feeling. And the result said otherwise. I failed. Saya ingat sekali momen menegangkan saat saya membuka email dari pihak stuned tersebut. Saya senyum dan berusaha untuk berpositive thinking dan meyakini pasti kali ini saya LULUS. Ekspresi saya langsung kacau ketika saya membaca “we’re regretted to inform you that….”. Saat itu saya menangis sekuat-kuatnya. Padahal sudah saya usahakan untuk menahan air mata, tapi sayangnya saya gagal menahannya untuk membasahi pipi saya. Asli saya menangisi hasil tersebut selama 4 jam, dari pukul 6 sore sampai 10 malam. Setelah kelelahan menangis selama 4 jam, saya lalu tertidur tak sadarkan diri sampai adzan subuh. 


6.         Turkiye Scholarship
I never put much hope on this scholarship. That’s why when I got the announcement, I felt nothing. I knew this scholarship was great, but I was not into Turkey.


7.         Erasmus Mundus – Groundwater Master
Kemunculan email dari pihak Emundus yang mengabarkan bahwa saya terpilih sebagai kandidat yang mendapatkan partial scholarship dari Erasmus membuat saya semakin bersedih. Seperti yang saya bilang sebelumnya, Partial scholarship means Failure for me.

8.         Beasiswa Unggulan – Dikti
I don’t know actually about this scholarship. I already sent my application through online application, and complete. But every time I checked the status in my BU account, selalu muncul kata Mengisi Kelengkapan Berkas, padahal semua sudah terupload dengan sempurna. Sampai sekarang saya tidak tahu apakah aplikasi beasiswa saya diproses atau tidak sama sekali. Di beasiswa ini saya menggunakan LoA dari Gottingen University. 

9.         Fulbright – Aminef
Since the first time I want to continue my study, I never had any interesting ke negeri paman Sam ataupun ke negeri Kangguru. Untuk sekedar liburan dan penelitian, saya berkenan. Tapi untuk mendapatkan gelar S2 ataupun S3 in the future, saya sama sekali tidak tertarik kesana. Tapi entah kenapa saat itu saya memaksakan diri saya untuk mengirim aplikasi beasiswa Fulbright ini ke Aminef di Jakarta. Dengan sangat berat hati saya mengirimnya tanpa mencari tahu bahwa kantor Aminef di Jakarta sudah pindah atau belum. Dan sangat mencengangkan lagi saya baru sadar ketika aplikasi saya dikirim kembali melalui pos kerumah saya dengan alasan tidak ada yang nama Aminef dialamat yang saya tuju. Ya iyalah tidak ada. Rupanya sudah pindah tempat. Tapi setelah itu saya tidak mengirimkannya lagi ke alamat baru dikarenakan sudah melewati deadline. Tapi saya sama sekali tidak sedih. Karena saya sudah cukup lelah menerima kegagalan saat itu.

May 2015
I called it as my assassination month because I face all of the failure. My day was like a disaster, hardly to think, don’t want to meet friends, don’t want to talk even to my parents, and always cry in praying. That was happened for almost a week and hardly to say I barely knew who I am. But I’ve realized that crying and blaming myself was not the way to catch my dream. At that time, I postponed my dream to continue master abroad because it’s almost a year and I have nothing. I should change my comfort zone for a moment.
 
June 2015
I was accepted at one of the International School in Medan as a Biology teacher for Cambridge IGCSE Level and started the job in July after Idul Fitri. Sembari menunggu bulan Juli, saya tiba-tiba mendengar bahwa LPDP periode ke-3 sedang dibuka. Sebenarnya saya udah agak malas mencoba, pasti LPDP juga akan menolak karena saya hanya punya score 6.0 overall. Tapi entah kenapa feeling saya kuat sekali saat itu. Maklumlah feeling seorang ibu. What?? (Lol…)

Saya membongkar-bongkar handbook LPDP yang disitu tertulis dengan jelas syaratnya. Setelah saya baca dan perdalam, ternyata boleh IELTS nya 6.0 asal sudah punya LoA Unconditional. Wah saya sudah punya tuh, tapi untuk intake September 2015. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih Wageningen University untuk saya defer ke February 2016 among 3 options, Gottingen dan Newcastle. Tidak sampai 2 hari, LoA unconditional untuk February 2016 dari Administrasi WUR dikirim kembali ke email saya. Uwaw… saya hanya bisa berdecak kagum dengan kecepatan respond pihak WUR. Setelah saya berhasil me-renew LoA saya, saya pun dengan cepat mengurus surat kesehatan, Surat bebas narkoba dan TBC, serta SKCK yang memakan waktu seminggu. Awal july, saya pun mengirim aplikasi beasiswa LPDP secara online melalui akun LPDP saya.

August 2015
Panggilan interview LPDP akhirnya datang diawal Agustus. Kebetulan saya kebagian untuk Interview di Medan pada tanggal 26-27 Agustus 2015. Pada saat itu saya sudah mulai mengajar di SIS (Singapore International School) Medan, sehingga harus meminta izin terlebih dahulu ke atasan saya untuk tidak masuk ke sekolah pada tanggal 26-27 Agustus 2015. Luckily, pihak SIS  memberikan dukungannya kepada saya berupa pemberian izin bebas tugas pada tanggal tersebut.

LPDP: Essay on the Spot, LGD (Leaderless Group Discussion) and Interview
In this period, there’s an additional test that made this election more different than before karena ada Essay on the spot. I actually have no worry about how to make a good essay because I loved writing since high school. Menulis Cerpen, Puisi, Artikel, bahkan Novel sudah menjadi kegiatan favorit dikala saya luang. But I worried about the topic of the essay, maklum saya adalah jenis manusia yang tidak suka menonton TV sejak kecil jadi pastinya saya kurang update kalau tentang info pemerintahan. That’s why 5 days before 26-27 August I always watch the news from TV and also surfing internet through mbah google. Alhamdulillah dengan mengorbankan waktu selama 5 hari untuk nonton dan juga browsing, saya jadi tahu banyak dan banyak tahu tentang info-info terkini Indonesia dan juga dunia. Believe or not, itu ngefek banget ke proses seleksi saya di tanggal 26-27 Agustus 2015.

Di sesi Essay on the spot, kita dibagi dalam kelompok yang sama dengan kelompok LGD. Each group consisted of 6 persons. Per kepala mendapatkan topic yang berbeda-beda, dan harus menjawab kasus yg ada diselembar kertas dalam bentuk essay, dalam waktu 30 menit harus kelar. Kebetulan saya mendapatkan kasus tentang kekerasan anak dalam rumah tangga oleh orang tua kandung. Ulala, saya suka sekali dengan masalah psikologi anak. Hal ini membuat saya lancar menjawab kasus tersebut dalam bentuk Essay. Satu hal yang paling penting dalam pembuatan essay adalah bahasanya harus lugas, tegas, pointnya terstruktur dan tidak berulang, setidaknya harus ada satu kesimpulan. Itu akan membuat essay kita outstanding.

Di sesi LGD, setiap kelompok akan digiring keruangan tertutup dan juga dingin (tapi tidak sedingin wajah Psikolog didalamnya ^_^) yang didalamnya terdapat meja panjang dengan posisi duduk saling berhadapan satu sama lain. Didalam ruangan tersebut sudah ada 2 Psikolog, yang tugasnya hanya diam dan mencatat hal-hal penting ketika LGD berlangsung, dan juga tidak terlupakan, ada kamera recorder. Sebenarnya dari ketiga tes yang disediakan LPDP dalam tahap ini, LGD adalah tes yang paling buat saya khawatir. Alasannya simple, karena saya takut mendominasi. Sejak saya kecil, berkomunikasi didepan umum dan juga ikut berbagai kompetisi membuat mental dan kepribadian saya menjadi sangat berbeda dari teman-teman saya. Saya jadi lebih cenderung nyaman ngomong didepan umum (tanpa ada rasa nervous), cenderung sangat pede (tapi selalu berusaha tidak over pede), ego yang lumayan tinggi (tapi selalu bisa dikontrol), stubborn, dan jadi mahir memahami ekspresi orang-orang sekitar. Therefore I was worried if I dominate the LGD. Maka dari itu taktik saya ketika masuk kedalam ruangan adalah saya langsung mengambil posisi sebagai Notulen agar saya bisa dengan santai mendengar pendapat orang lain tanpa harus ingin mendebatnya dikarenakan saya harus mencatat semua pendapat peserta LGD. Topic LGD kelompok saya waktu itu adalah tentang peran serta kurikulum dalam pendidikan Indonesia dengan bercermin ke Singapore. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Tidak ada yang mendominasi dan tidak ada yang tidak berpendapat. Semuanya kece, sampai kedua psikolog itu saja heran ketika melihat kelompok kami bisa menyelesaikan pertanyaan dalam waktu 25 menit dengan berdiskusi ala-ala anggota DPR, tapi saya bisa menjamin diskusi kelompok kami yang dibawa oleh seorang wanita berjilbab panjang jauh lebih berbobot daripada diskusi yang dilakukan oleh anggota DPR di Jakarta sana.

Di sesi Interview
Kebetulan saya mendapat jadwal interview yang berbeda hari dengan jadwal Essay dan LGD. Saya kebagian jadwal interview tanggal 27 Agustus pukul 08.00 WIB alias yang pertama. Ulala saya suka yang pertama, bisa cepat selesai dan masih segar. Saya sudah tiba dilokasi Gedung Keuangan Medan sedari pukul 07.00 WIB. Pada saat itu saya samasekali tidak ada merasa nervous ataupun keringat dingin. Alasannya ya karena saya yakin bahwa semua informasi yang saya berikan ketika seleksi administrasi LPDP adalah jujur dan dari dalam hati. Jadi saya hapal betul tentang seluk beluk berkas saya. Saya hanya duduk saja sambil menunggu waktu saya. Sama sekali tidak lelet. Jam 8 pagi ya tepat jam 8 pagi, saya dipanggil menuju meja 5 karena kebetulan saya kelompok 5. Tak lupa saya mengamalkan doa dibawah ini sebelum melangkahkan kaki kedalam ruangan.


Saya mendekati meja 5 dan disana tampak ada seorang bapak dan juga dua orang ibu-ibu yang sudah siap memulai interview hari kedua. Sebelumnya saya juga sudah mempersiapkan berkas saya secara komplit dalam bentuk clear-holder seperti gambar dibawah ini. Saya hanya meninggalkan tas saya ditempat penitipan tas dan hanya membawa clear holder saja ke meja 5


Sesampainya dimeja 5 saya tersenyum santai sembari menyalam tangan bapak dan ibu-ibu interviewer. Selanjutnya percakapan Interview saya buat dalam bentuk script drama ya…
Bapak Psikolog X
wah, kamu kelihatan sangat bersemangat sekali
Balie
Terimakasih pak! (senyum saya semakin merekah)
Bapak Psikolog X
silahkan duduk
Balie
terimakasih pak! (saya pun duduk dengan posisi terbaik ketika interview)
Bapak Psikolog X
Baiklah, kita mulai proses interview pertama, hari kedua di Medan pukul 8 pagi (sembari menghidupkan voice recorder)
Selamat pagi Achmad, saya meperkenalkan diri dahulu. Saya X , seorang Psikolog. Disamping saya ibu Prof. Y dari UI. Dan selanjutnya Ibu Z dari UGM. Apa kamu sudah siap?
Balie
Insyaallah saya siap pak
Bapak Psikolog X
Baiklah, perkenalkan diri kamu dan universitas tujuan kamu.
Balie
Dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris pak?
Bapak Psikolog X
Terserah kamu.
Balie
First of all, I would like to thank to LPDP and also the reviewer because of this opportunity to get interviewed by you.
I’m Achmad Hambali Nasution, you can call me Balie because most of people around me always call me in that way. I was graduated from University of Sumatera Utara, Major Agroecotechnology. A bit of information Agroecotechnology was a combination between 4 program study such as Agronomy, Soil Science, Plant Breeding, and Pest and Disease of Plant. My specialization is soil science.
In the beginning of 2015, I got the LoA unconditional from Wageningen University in the Netherland. I chose Wageningen because based on the information I got, WUR is the best university for Agricultural science in Europe and the top 3 in the world after Columbia university in San Davis and Cornell university in USA. Besides that, WUR was placed in the area which is called as life-science city by world-people, many scientists visited WUR to have experiment or good research. That’s why I thought that WUR will be a very good place for me to learn much more about Agriculture. I took Plant Sciences because this program was really related to my bachelor degree background. That’s why I want to continue it. I plan to take Greenhouse horticulture as my specialization because I’ve realized that now we’re living in the modern period where the development of high rise building became one of the human need. Technology is the other name of this era. If we try and try to say that we should protect our life by planting the plants in the organic way and try to force our environment, especially our metropolitan environment, to be back like decades from now, be as villages, and we can do the organic agriculture, I just can say that We are too Naif!
We should know that this era is one of the movement of our generation. We already had much technology and it can help us to do our daily activities easily, that’s actually technology supposed to be. Why don’t we try to find another way so that we can also protect our world from global warming and so on. I believed that greenhouse is one of the answers for our cases, especially for people who lived in a metropolitan city. By greenhouse, we can get the magnificent view also the good quality of agricultural products because inside of the greenhouse we can control the temperature without bothering the temperature outside of the greenhouse.
Prof. Y
Emm wait, I saw that your IELTS score is only 6.0 , how is that possible that you have a very good English communication, very fluently, but you just 6.0 ? there must be a reason.
Balie
Hmmm, yes of course mam. 3 days before the exam, my papa got into the ICU because of the problem in his heart and the sugar problem. Actually at that time I want to delay the test, but it seems impossible. My mom knew that I want to skip that test because I want to be with Papa in the hospital, then she said to me that I should go because the chance won’t come twice. That’s why I attended the test and do the test like I was in a hurry.
Prof. Y
And how about your papa’s condition now?
Balie
Alhamdulillah he’s getting better now.
Bapak Psikolog X
Then how can you get that accent? I rarely found the Indonesian have the British accent.
Balie
Probably because of my hobby. I loved watching UK movies such as Harry Potter with the great accent of Hermione Granger, The hobbit, the lord of the rings and listen to the music of Ed Sheeran. But I can say that I did it by self-study.
Ibu Z
Sejak kapan kamu belajar bahasa Inggris, balie? Eh balie kan panggilan kamu?
Balie
Iya bu. Saya sejak SMP sudah belajar bahasa inggris. Tapi saya mulai merasa menjadi sangat lancar speaking ketika kuliah, bu. Karena aktivitas saya diluar kampus yang menuntut saya harus lancar speaking English, ikut kompetisi dan juga XL Future Leaders di Jakarta selama 2 tahun….
Prof. Y
Apa itu XL Future Leaders?
Balie
Itu adalah program pendidikan kepemimpinan persembahan XL Axiata untuk pemuda Indonesia yang terbaik dan dididik selama 2 tahun tentang Effective communication, Entrepreneurship dan leadership skill. Dan saya adalah satu-satunya delegasi Medan di angkatan pertama. Sekarang sudah ada 3 angkatan.
Ibu Z
Jadi kalau begitu kamu sudah memiliki leadership yang baik dong, sudah 2 tahun kamu di program tersebut berarti kamu sudah harus bisa mempertanggungjawabkannya.
Balie
Saya belum bisa mengatakan saya memiliki leadership skill yang baik hanya karena saya ikut program kepemimpinan selama 2 tahun tersebut. Orang-orang disekitar sayalah yang bisa menilai saya. Sama seperti halnya dengan public figure, baiknya kita belum tentu baik dimata public. Jadi yang bisa saya lakukan hanyalah melakukan dan memberikan yang terbaik tanpa harus mengatakan saya yang terbaik.
Prof. Y
Oke, saya mau bertanya tentang rencana pasca studimu. Apa yg ingin kamu lakukan setelah kamu lulus dari belanda?
Balie
Saya pasti dan harus kembali ke Indonesia…. Lalu…
Prof. Y
Kalau seandainya kamu ditawari sama professor di wageningen untuk ngelanjut S3 disana, langsung, dapat beasiswa, apa respond mu?
Balie
Sebelum saya mendaftar beasiswa LPDP ini, saya sudah benar-benar membaca syarat-syaratnya yang berlaku, yaitu ketika selesai studi harus kembali ke Indonesia. Setelah saya memutuskan untuk mendaftar LPDP, berarti saya sudah berani untuk mengikuti aturan yang berlaku. Seperti harus kembali ke Indonesia selepas studi. Dengan kata lain tidak ada alasan buat saya untuk tidak mau kembali ke Indonesia selepas studi. Pastinya saya akan menolak tawaran tersebut. Lagipula saya berniat untuk melanjutkan S3 di Oxford University, bukan di WUR
Ibu Z
Semoga impian tersebut tercapai ya balie. Tapi ini saya lihat di essay kamu… kamu pernah membuat pestisida punting rokok. Kebetulan saya dari jurusan pertanian UGM. Bisa kamu jelaskan hal tersebut?
Balie
Tentu ibu. Puntung rokok itu seperti yang kita ketahui adalah limbah yang sangat sulit didekomposisi oleh lingkungan. Butuh waktu 25-30 tahun baru bisa membaur dengan tanah. Akibat prilaku perokok yang sembarangan membuang puntung rokok ke pinggir jalan. Melihat hal tersebut saya sangat kesal. Tapi tidak mungkin bagi saya untuk memarahi satu per satu perokok tersebut. Maka dari itu saya mencari cara agar punting rokok tersebut bisa berguna lagi. Dan ternyata didalam punting rokok tersebut masih mengandung nicotine yang bisa membunuh hama di tanaman. Saya lalu melakukan percobaan dengan merendam puntung rokok selama 10 hari, lalu menyemprot hama ulat grayak. Hanya dalam waktu 1-2 hari hama bisa mati. Membandingkannya dengan control dan juga pestisida serai wangi dan juga daun nimba yg keduanya bisa membunuh ulat grayak 3-4 hari. Maka dari itu saya bisa simpulkan punting rokok bisa dijadikan pestisida.
Ibu Z
Wow, dengan kata lain punting rokok tidak bisa menjadi sampah lagi ya jika cara tersebut sudah tersebar keseluruh Indonesia. Itu bagus sekali. Memang sebagai pemuda ya harus seperti itu, siapa lagi yang bisa diharapkan selain kalian. Kalau kami ini kan sudah pada tua, ya Negara ini bergantung pada orang-orang seperti kamu ini.
Prof. Y
Balie, kembali lagi ke pertanyaan pasca studi, apa yang akan kamu lakukan untuk Indonesia?
Balie
Sesuai dengan studi plan saya bu, saya ingin bekerja disalah satu balai research seperti di LIPI, dan juga membuat social project di lingkungan metropolitan seperti di Jakarta atau Medan, untuk berpartisipasi dalam pembuatan rumah kaca di pertengahan kota metropolitan, dan juga menanam segala macam tanaman didalamnya.
Prof. Y
Masyarakat seperti apa yang mau kamu ajak?
Balie
Masyarakat metropolitan ibu
Prof. Y
Masyarakat Metropolitan yang seperti apa?
Balie
Masyarakat yang tinggal di Metropolitan ibu
Prof. Y
Lah, banyak masyarakat yang tinggal di lingkungan metropolitan. Setahu saya mereka mana mau melakukan hal seperti itu. Kalau seperti itu jawabanmu, berarti projek social kamu ini hanya sekedar angan-angan. Karena kamu sendiri juga tidak tahu targetnya siapa.
Balie
Menurut saya masyarakat metropolitan ada yang mau turun ke jalan demi lingkungan yang baik ibu.
Ibu Z
Iya Balie, tapi masyarakat metropolitan yang seperti apa yang bisa kamu ajak untuk projek sosialmu itu? Itu yang dimaksud Ibu Prof.
Balie
Masyarakat metropolitan yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga
Ibu Z
Nah, itu dia jawabannya. Lama sekali kamu menjawabnya
Prof. Y
Maklum bu, masih 24 tahun. Masih perlu banyak diasah. Ohya pak, saya sudah cukup. Ibu?
Ibu Z
Saya juga sudah, giliran bapak.
Bapak Psikolog X
Balie, that was so fun to know you really enjoy with your life. I want to ask you about your organization. Please tell me a bit of it

Setelah itu hanya pertanyaan tentang aktivitas, organisasi dan achievements, bapak psikolog juga sempat menyinggung e-PuS class saya ^_^. Di akhir interview, mereka memberikan saya kesempatan untuk mengatakan sesuatu. Tentu saya mengatakan sesuatu sebagai penutup interview saya.

“saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan ini kepada bapak dan ibu-ibu, juga kepada LPDP. Sebelum menutup interview ini, saya ingin meyakinkan ibu-ibu dan bapak, bahwa saya adalah salah satu pemuda terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Meskipun kualitas saya masih kalah jauh dengan pendahulu saya seperti Sri Mulyani atau BJ Habibie, tapi kegigihan saya sudah teruji insyaallah. Jadi saya percaya saya bisa dan mampu mengemban tanggung jawab sebagai awardee LPDP, jikalau saya diberikan kesempatan tersebut. Terimakasih sekali lagi saya ucapkan”.

Setelah itu saya langsung menyalam tangan interviewer dan keluar dengan senyum puas. Saya hanya bisa mempasrahkan hasilnya kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya usaha telah saya lakukan, tinggal do’a yang menyusul. Dan Alhamdulillah pada tanggal 10 Sepetember 2015, saya diinformasikan bahwa saya LULUS. Sujud syukur saya ucapkan kepada Allah. Rasa bahagia yang tidak terkira. Setelah gagal berulang kali mencari beasiswa, ternyata oh ternyata… LPDP menjadi takdir saya. Insyaallah saya siap mengemban tanggung jawab baru sebagai Awardee LPDP dan menjadi role model dari Indonesia di WUR dan insyaallah siap mengabdi untuk bangsa Indonesia.

Bismillahirrahmanirrahim… I’m waiting for PK (Persiapan Keberangkatan) LPDP and Insyaallah January 2016 will go to WUR.

Noted:
Tuhan tidak pernah mengatakan TIDAK pada setiap doa hambanya. Dia selalu menjawab:
1.      Iya Aku berikan
2.      Iya pasti Aku akan berikan, tapi Aku masih ingin melihat usahamu lagi
3.      Iya Aku berikan yang jauh lebih baik dari rencana dan permintaanmu

Jadi jika kamu ingin menjadi scholarship hunter, kamu harus menyiapkan mental baja. Keep Fighting!!