TERNYATA, OH TERNYATA... LPDP
Achmad Hambali Nasution
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hello
fellas!
I
have a very big excitement to share my story to you as a scholarship hunter.
But I don’t know how to start it because it was complicated to tell. Tear?
Absolutely Yes. Confused? Hell yeah. Give up? HELL TO THE NO! Scholarship arena
is a bloody arena, prepare yourself. Lol... but that was my own version.
June 2014
Setelah
diwisuda diawal bulan Juni 2014, saya bertekad untuk membuat sebuah program
social di kota Medan. Saya paham, tuntutan seorang sarjana di lingkungan
keluarganya yaitu harus bekerja di perusahaan yang kece dan bergaji gede. Dan
hal ini pun juga sempat mengancam rencana program social saya batal dikarenakan
keluarga saya juga mengharapkan saya untuk bekerja di perusahaan Internasional
yang pastinya bakalan menggaji saya dengan gaji yang tinggi. Tapi
Alhamdulillah, Allah mendukung saya untung mengarungi jalan yang berbeda dari
teman-teman saya. Saya berhasil membuat e-PuS (English Public Speaking) class
di kota Medan, sebuah program yang melatih mahasiswa dari background dan
universitas yang berbeda agar bisa memiliki kecakapan dalam English Public
Speaking. Untuk lebih detail projek social ini, kalian bisa membuka link
dibawah ini.
e-PuS Class
e-PuS Class
Projek
social tersebut berakhir sampai akhir tahun 2014 dengan hasil yang memuaskan
dan membanggakan dikarenakan mente mente yang saya latih menunjukkan perubahan
yang sangat signifikan. Dari tidak pede menjadi pede, dari tidak lancar
berbahasa inggris jadi lancar, dari malu-malu jadi malu-maluin (Lol… yang ini
tidak benar yak ^_^).
September 2014
In
the beginning of September 2014, I felt that finding a properly job is not my
thing. I still have much passion to continue Master abroad. That’s what I told
to my Mom and Papa that I want to apply the scholarship for my study and asked
them for money so that I can take the IELTS test first, I explained it
carefully. Actually I was so ashamed of myself because since I graduated in January
2014 until at that time, I couldn’t give them anything like money or wealth.
But I encourage myself to say it to them honestly. I never imagined that they
would support me in September 2014 by providing me the money. Then I took IELTS
test on 10th October 2014.
I
prepared myself intensively by self-study with 9 edition of Cambridge IELTS
book which I got from Internet. I forgot the website address because I got from
random web, and got the listening and speaking session from You Tube. Karena
sudah sangat intensive nya self-study, saya langsung menargetkan IELTS score
saya pasti bisa dapat 7.0 overall. Extremely self-confidence. Gara-gara itu
mungkin kali ya Allah langsung memberikan saya cobaan yang belom pernah saya
duga sebelumnya bisa terjadi.
I
remembered clearly the moment on 7th October 2014, 3 days before my
IELTS test, my Papa got into the ICU in one of the hospital in Medan. Actually
I was shocked and want to decide to not come to the test because I don’t want
to leave my Papa in that hospital with only my mom because all of my sister and
brother should go to work. But my Mom told me that I should go because I
already spent much money to take that test and impossible for me to get the
money back or even to delay it. She said that Papa want me to use the chance
really well. That’s why I attended the IELTS test on 10th October
2014. In that test I was not in a full concentration, the time was like a
bomb-timer for me. I did it in a rush.
November 2014
The
result announced in the beginning of November. I got 6.0 overall and I thanked
Allah for it. Saya mencoba berpositive thinking saja pada saat itu. Even I was
not in a full concentration I can get 6.0 overall, and how if I was in a full
concentration, pasti bisa dapat lebih. Atau memang dasarnya saya saja yang
memang dongok (hahaha…). At that time I promised to myself that I will retake
the IELTS test in the country where I do my master degree and will effort my
best until I get 7.5 overall. Insyaallah.

Saya
semakin yakin kalau universitas saja bisa lulus, pasti ada jalan mendapatkan
beasiswa. Sembari mencari tahu kesempatan beasiswa dimasing-masing universitas
yang saya diterima, tiba-tiba saja email saya dibanjiri dengan informasi
beasiswa lainnya seperti Erasmus Mundus, Paris Saclay, Turkiye Scholarship,
Stuned, Fulbright, ADS, dan masih banyak lagi. Tapi tetap saja saya tidak bisa
apply ke semuanya disebabkan beberapa dari mereka mensyaratkan score IELTS nya
harus minimal 6.5 overall. Dan inilah list beasiswa yang telah berhasil saya
apply secara complete.
1.
Erasmus Mundus – Agrismundus
Ini merupakan beasiswa yang pertama
sekali saya apply yang mensyaratkan nilai IELTS minimal 6.0 overall. Tapi saya
tidak lulus dikarenakan pesaing saya dari belahan dunia lain memiliki nilai
IELTS yang higher than mine.
2.
Erasmus Mundus – Flood Risk Management
Ini adalah program favorit saya di
Emundus application. Tapi saya hanya lulus di Partial Scholarship nya saja.
Maksud partial scholarship itu Cuma 25% atau 50% dari total biaya yang akan
ditanggung sama Erasmus. Sisahnya dari kita. Buat orang seperti saya, partial
scholarship means Gagal because that’s impossible for me to afford the rest of
those fee. Mau kerja dimana dan sebagai apa biar bisa menutupi biaya separuhnya
lagi, apalagi kalau kita berbicara biaya hidup di Eropa. T_T
This program was adorable. In this
program you’ll learn in 7 countries about tropical Agriculture. Tapi sayangnya
saya gagal, bahkan untuk partial scholarship nya saja saya tidak terpilih. Saya
sudah mulai bersedih saat itu. Meskipun masih bisa saya control.
4. University Paris Saclay – AgroParisTech
4. University Paris Saclay – AgroParisTech
Ini salah satu program beasiswa dari
University Paris Saclay yang akan memberikan beasiswa full untuk mahasiswa
International yang berprestasi. Tapi syaratnya agak rancu. Diperkenalan program
melalui websitenya, beasiswa ini mensyaratkan IELTS 6.0 minimal. Tapi pada
waktu pengumuman melalui email pribadi saya, saya gagal dengan alasan karena
saya tidak memiliki sertifikat bahasa Perancis. Saya tidak merasa sedih ketika
mendapatkan pengumuman ini, malah saya merasa kurang mengerti dengan beasiswa
ini. Tapi yasudahlah itu telah menjadi pengalaman buat saya.
Di beasiswa inilah puncak kesedihan
saya. Actually I’ve put much hope on Stuned with LoA from Wageningen
University. I felt that I’ll get those scholarship without any reason, just a
feeling. And the result said otherwise. I failed. Saya ingat sekali momen
menegangkan saat saya membuka email dari pihak stuned tersebut. Saya senyum dan
berusaha untuk berpositive thinking dan meyakini pasti kali ini saya LULUS.
Ekspresi saya langsung kacau ketika saya membaca “we’re regretted to inform you
that….”. Saat itu saya menangis sekuat-kuatnya. Padahal sudah saya usahakan
untuk menahan air mata, tapi sayangnya saya gagal menahannya untuk membasahi
pipi saya. Asli saya menangisi hasil tersebut selama 4 jam, dari pukul 6 sore
sampai 10 malam. Setelah kelelahan menangis selama 4 jam, saya lalu tertidur
tak sadarkan diri sampai adzan subuh.
6.
Turkiye Scholarship
I never put much hope on this scholarship.
That’s why when I got the announcement, I felt nothing. I knew this scholarship
was great, but I was not into Turkey.
7.
Erasmus Mundus – Groundwater Master
Kemunculan email dari pihak Emundus yang
mengabarkan bahwa saya terpilih sebagai kandidat yang mendapatkan partial
scholarship dari Erasmus membuat saya semakin bersedih. Seperti yang saya
bilang sebelumnya, Partial scholarship means Failure for me.
8.
Beasiswa Unggulan – Dikti
I don’t know actually about this
scholarship. I already sent my application through online application, and
complete. But every time I checked the status in my BU account, selalu muncul
kata Mengisi Kelengkapan Berkas, padahal semua sudah terupload dengan sempurna.
Sampai sekarang saya tidak tahu apakah aplikasi beasiswa saya diproses atau
tidak sama sekali. Di beasiswa ini saya menggunakan LoA dari Gottingen
University.
9.
Fulbright – Aminef
Since the first time I want to continue my study, I
never had any interesting ke negeri paman Sam ataupun ke negeri Kangguru. Untuk
sekedar liburan dan penelitian, saya berkenan. Tapi untuk mendapatkan gelar S2
ataupun S3 in the future, saya sama sekali tidak tertarik kesana. Tapi entah
kenapa saat itu saya memaksakan diri saya untuk mengirim aplikasi beasiswa
Fulbright ini ke Aminef di Jakarta. Dengan sangat berat hati saya mengirimnya
tanpa mencari tahu bahwa kantor Aminef di Jakarta sudah pindah atau belum. Dan
sangat mencengangkan lagi saya baru sadar ketika aplikasi saya dikirim kembali
melalui pos kerumah saya dengan alasan tidak ada yang nama Aminef dialamat yang
saya tuju. Ya iyalah tidak ada. Rupanya sudah pindah tempat. Tapi setelah itu
saya tidak mengirimkannya lagi ke alamat baru dikarenakan sudah melewati
deadline. Tapi saya sama sekali tidak sedih. Karena saya sudah cukup lelah
menerima kegagalan saat itu.
May 2015
I
called it as my assassination month because I face all of the failure. My day
was like a disaster, hardly to think, don’t want to meet friends, don’t want to
talk even to my parents, and always cry in praying. That was happened for
almost a week and hardly to say I barely knew who I am. But I’ve realized that
crying and blaming myself was not the way to catch my dream. At that time, I
postponed my dream to continue master abroad because it’s almost a year and I
have nothing. I should change my comfort zone for a moment.
June 2015
I
was accepted at one of the International School in Medan as a Biology teacher
for Cambridge IGCSE Level and started the job in July after Idul Fitri. Sembari
menunggu bulan Juli, saya tiba-tiba mendengar bahwa LPDP periode ke-3 sedang
dibuka. Sebenarnya saya udah agak malas mencoba, pasti LPDP juga akan menolak
karena saya hanya punya score 6.0 overall. Tapi entah kenapa feeling saya kuat
sekali saat itu. Maklumlah feeling seorang ibu. What?? (Lol…)
Saya membongkar-bongkar handbook LPDP yang disitu tertulis dengan jelas syaratnya. Setelah saya baca dan perdalam, ternyata boleh IELTS nya 6.0 asal sudah punya LoA Unconditional. Wah saya sudah punya tuh, tapi untuk intake September 2015. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih Wageningen University untuk saya defer ke February 2016 among 3 options, Gottingen dan Newcastle. Tidak sampai 2 hari, LoA unconditional untuk February 2016 dari Administrasi WUR dikirim kembali ke email saya. Uwaw… saya hanya bisa berdecak kagum dengan kecepatan respond pihak WUR. Setelah saya berhasil me-renew LoA saya, saya pun dengan cepat mengurus surat kesehatan, Surat bebas narkoba dan TBC, serta SKCK yang memakan waktu seminggu. Awal july, saya pun mengirim aplikasi beasiswa LPDP secara online melalui akun LPDP saya.
Panggilan
interview LPDP akhirnya datang diawal Agustus. Kebetulan saya kebagian untuk
Interview di Medan pada tanggal 26-27 Agustus 2015. Pada saat itu saya sudah
mulai mengajar di SIS (Singapore International School) Medan, sehingga harus
meminta izin terlebih dahulu ke atasan saya untuk tidak masuk ke sekolah pada
tanggal 26-27 Agustus 2015. Luckily, pihak SIS
memberikan dukungannya kepada saya berupa pemberian izin bebas tugas
pada tanggal tersebut.
LPDP: Essay on the Spot, LGD (Leaderless Group Discussion) and Interview
In
this period, there’s an additional test that made this election more different
than before karena ada Essay on the spot. I actually have no worry about how to
make a good essay because I loved writing since high school. Menulis Cerpen,
Puisi, Artikel, bahkan Novel sudah menjadi kegiatan favorit dikala saya luang.
But I worried about the topic of the essay, maklum saya adalah jenis manusia
yang tidak suka menonton TV sejak kecil jadi pastinya saya kurang update kalau tentang
info pemerintahan. That’s why 5 days before 26-27 August I always watch the
news from TV and also surfing internet through mbah google. Alhamdulillah
dengan mengorbankan waktu selama 5 hari untuk nonton dan juga browsing, saya
jadi tahu banyak dan banyak tahu tentang info-info terkini Indonesia dan juga
dunia. Believe or not, itu ngefek banget ke proses seleksi saya di tanggal
26-27 Agustus 2015.
Di sesi Essay on the spot, kita dibagi dalam kelompok yang sama dengan kelompok LGD. Each group consisted of 6 persons. Per kepala mendapatkan topic yang berbeda-beda, dan harus menjawab kasus yg ada diselembar kertas dalam bentuk essay, dalam waktu 30 menit harus kelar. Kebetulan saya mendapatkan kasus tentang kekerasan anak dalam rumah tangga oleh orang tua kandung. Ulala, saya suka sekali dengan masalah psikologi anak. Hal ini membuat saya lancar menjawab kasus tersebut dalam bentuk Essay. Satu hal yang paling penting dalam pembuatan essay adalah bahasanya harus lugas, tegas, pointnya terstruktur dan tidak berulang, setidaknya harus ada satu kesimpulan. Itu akan membuat essay kita outstanding.
Di sesi LGD, setiap kelompok akan digiring keruangan tertutup dan juga dingin (tapi tidak sedingin wajah Psikolog didalamnya ^_^) yang didalamnya terdapat meja panjang dengan posisi duduk saling berhadapan satu sama lain. Didalam ruangan tersebut sudah ada 2 Psikolog, yang tugasnya hanya diam dan mencatat hal-hal penting ketika LGD berlangsung, dan juga tidak terlupakan, ada kamera recorder. Sebenarnya dari ketiga tes yang disediakan LPDP dalam tahap ini, LGD adalah tes yang paling buat saya khawatir. Alasannya simple, karena saya takut mendominasi. Sejak saya kecil, berkomunikasi didepan umum dan juga ikut berbagai kompetisi membuat mental dan kepribadian saya menjadi sangat berbeda dari teman-teman saya. Saya jadi lebih cenderung nyaman ngomong didepan umum (tanpa ada rasa nervous), cenderung sangat pede (tapi selalu berusaha tidak over pede), ego yang lumayan tinggi (tapi selalu bisa dikontrol), stubborn, dan jadi mahir memahami ekspresi orang-orang sekitar. Therefore I was worried if I dominate the LGD. Maka dari itu taktik saya ketika masuk kedalam ruangan adalah saya langsung mengambil posisi sebagai Notulen agar saya bisa dengan santai mendengar pendapat orang lain tanpa harus ingin mendebatnya dikarenakan saya harus mencatat semua pendapat peserta LGD. Topic LGD kelompok saya waktu itu adalah tentang peran serta kurikulum dalam pendidikan Indonesia dengan bercermin ke Singapore. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Tidak ada yang mendominasi dan tidak ada yang tidak berpendapat. Semuanya kece, sampai kedua psikolog itu saja heran ketika melihat kelompok kami bisa menyelesaikan pertanyaan dalam waktu 25 menit dengan berdiskusi ala-ala anggota DPR, tapi saya bisa menjamin diskusi kelompok kami yang dibawa oleh seorang wanita berjilbab panjang jauh lebih berbobot daripada diskusi yang dilakukan oleh anggota DPR di Jakarta sana.
Di sesi Interview
Kebetulan saya
mendapat jadwal interview yang berbeda hari dengan jadwal Essay dan LGD. Saya
kebagian jadwal interview tanggal 27 Agustus pukul 08.00 WIB alias yang
pertama. Ulala saya suka yang pertama, bisa cepat selesai dan masih segar. Saya
sudah tiba dilokasi Gedung Keuangan Medan sedari pukul 07.00 WIB. Pada saat itu
saya samasekali tidak ada merasa nervous ataupun keringat dingin. Alasannya ya
karena saya yakin bahwa semua informasi yang saya berikan ketika seleksi
administrasi LPDP adalah jujur dan dari dalam hati. Jadi saya hapal betul
tentang seluk beluk berkas saya. Saya hanya duduk saja sambil menunggu waktu
saya. Sama sekali tidak lelet. Jam 8 pagi ya tepat jam 8 pagi, saya dipanggil
menuju meja 5 karena kebetulan saya kelompok 5. Tak lupa saya mengamalkan doa
dibawah ini sebelum melangkahkan kaki kedalam ruangan.
Saya mendekati meja 5 dan disana tampak ada seorang bapak dan juga dua orang ibu-ibu yang sudah siap memulai interview hari kedua. Sebelumnya saya juga sudah mempersiapkan berkas saya secara komplit dalam bentuk clear-holder seperti gambar dibawah ini. Saya hanya meninggalkan tas saya ditempat penitipan tas dan hanya membawa clear holder saja ke meja 5
Sesampainya
dimeja 5 saya tersenyum santai sembari menyalam tangan bapak dan ibu-ibu
interviewer. Selanjutnya percakapan Interview saya buat dalam bentuk script
drama ya…
Bapak Psikolog X
|
wah, kamu kelihatan sangat bersemangat
sekali
|
Balie
|
Terimakasih pak! (senyum saya semakin
merekah)
|
Bapak Psikolog X
|
silahkan duduk
|
Balie
|
terimakasih pak! (saya pun duduk
dengan posisi terbaik ketika interview)
|
Bapak Psikolog X
|
Baiklah, kita mulai proses interview
pertama, hari kedua di Medan pukul 8 pagi (sembari menghidupkan voice
recorder)
Selamat pagi Achmad, saya
meperkenalkan diri dahulu. Saya X , seorang Psikolog. Disamping saya ibu
Prof. Y dari UI. Dan selanjutnya Ibu Z dari UGM. Apa kamu sudah siap?
|
Balie
|
Insyaallah saya siap pak
|
Bapak Psikolog X
|
Baiklah, perkenalkan diri kamu dan
universitas tujuan kamu.
|
Balie
|
Dalam bahasa Indonesia atau bahasa
inggris pak?
|
Bapak Psikolog X
|
Terserah kamu.
|
Balie
|
First of all, I would like to thank to
LPDP and also the reviewer because of this opportunity to get interviewed by
you.
I’m Achmad Hambali Nasution, you can
call me Balie because most of people around me always call me in that way. I was
graduated from University of Sumatera Utara, Major Agroecotechnology. A bit
of information Agroecotechnology was a combination between 4 program study
such as Agronomy, Soil Science, Plant Breeding, and Pest and Disease of
Plant. My specialization is soil science.
In the beginning of 2015, I got the
LoA unconditional from Wageningen University in the Netherland. I chose Wageningen
because based on the information I got, WUR is the best university for
Agricultural science in Europe and the top 3 in the world after Columbia
university in San Davis and Cornell university in USA. Besides that, WUR was
placed in the area which is called as life-science city by world-people, many
scientists visited WUR to have experiment or good research. That’s why I thought
that WUR will be a very good place for me to learn much more about
Agriculture. I took Plant Sciences because this program was really related to
my bachelor degree background. That’s why I want to continue it. I plan to
take Greenhouse horticulture as my specialization because I’ve realized that
now we’re living in the modern period where the development of high rise
building became one of the human need. Technology is the other name of this
era. If we try and try to say that we should protect our life by planting the
plants in the organic way and try to force our environment, especially our
metropolitan environment, to be back like decades from now, be as villages,
and we can do the organic agriculture, I just can say that We are too Naif!
We should know that this era is one of
the movement of our generation. We already had much technology and it can
help us to do our daily activities easily, that’s actually technology
supposed to be. Why don’t we try to find another way so that we can also
protect our world from global warming and so on. I believed that greenhouse
is one of the answers for our cases, especially for people who lived in a
metropolitan city. By greenhouse, we can get the magnificent view also the
good quality of agricultural products because inside of the greenhouse we can
control the temperature without bothering the temperature outside of the
greenhouse.
|
Prof. Y
|
Emm wait, I saw that your IELTS score
is only 6.0 , how is that possible that you have a very good English communication,
very fluently, but you just 6.0 ? there must be a reason.
|
Balie
|
Hmmm, yes of course mam. 3 days before
the exam, my papa got into the ICU because of the problem in his heart and the
sugar problem. Actually at that time I want to delay the test, but it seems impossible.
My mom knew that I want to skip that test because I want to be with Papa in
the hospital, then she said to me that I should go because the chance won’t
come twice. That’s why I attended the test and do the test like I was in a
hurry.
|
Prof. Y
|
And how about your papa’s condition
now?
|
Balie
|
Alhamdulillah he’s getting better now.
|
Bapak Psikolog X
|
Then how can you get that accent? I rarely
found the Indonesian have the British accent.
|
Balie
|
Probably because of my hobby. I loved
watching UK movies such as Harry Potter with the great accent of Hermione
Granger, The hobbit, the lord of the rings and listen to the music of Ed
Sheeran. But I can say that I did it by self-study.
|
Ibu Z
|
Sejak kapan kamu belajar bahasa
Inggris, balie? Eh balie kan panggilan kamu?
|
Balie
|
Iya bu. Saya sejak SMP sudah belajar
bahasa inggris. Tapi saya mulai merasa menjadi sangat lancar speaking ketika
kuliah, bu. Karena aktivitas saya diluar kampus yang menuntut saya harus
lancar speaking English, ikut kompetisi dan juga XL Future Leaders di Jakarta
selama 2 tahun….
|
Prof. Y
|
Apa itu XL Future Leaders?
|
Balie
|
Itu adalah program pendidikan
kepemimpinan persembahan XL Axiata untuk pemuda Indonesia yang terbaik dan
dididik selama 2 tahun tentang Effective communication, Entrepreneurship dan
leadership skill. Dan saya adalah satu-satunya delegasi Medan di angkatan
pertama. Sekarang sudah ada 3 angkatan.
|
Ibu Z
|
Jadi kalau begitu kamu sudah memiliki
leadership yang baik dong, sudah 2 tahun kamu di program tersebut berarti
kamu sudah harus bisa mempertanggungjawabkannya.
|
Balie
|
Saya belum bisa mengatakan saya
memiliki leadership skill yang baik hanya karena saya ikut program
kepemimpinan selama 2 tahun tersebut. Orang-orang disekitar sayalah yang bisa
menilai saya. Sama seperti halnya dengan public figure, baiknya kita belum
tentu baik dimata public. Jadi yang bisa saya lakukan hanyalah melakukan dan
memberikan yang terbaik tanpa harus mengatakan saya yang terbaik.
|
Prof. Y
|
Oke, saya mau bertanya tentang rencana
pasca studimu. Apa yg ingin kamu lakukan setelah kamu lulus dari belanda?
|
Balie
|
Saya pasti dan harus kembali ke
Indonesia…. Lalu…
|
Prof. Y
|
Kalau seandainya kamu ditawari sama
professor di wageningen untuk ngelanjut S3 disana, langsung, dapat beasiswa,
apa respond mu?
|
Balie
|
Sebelum saya mendaftar beasiswa LPDP
ini, saya sudah benar-benar membaca syarat-syaratnya yang berlaku, yaitu
ketika selesai studi harus kembali ke Indonesia. Setelah saya memutuskan
untuk mendaftar LPDP, berarti saya sudah berani untuk mengikuti aturan yang
berlaku. Seperti harus kembali ke Indonesia selepas studi. Dengan kata lain
tidak ada alasan buat saya untuk tidak mau kembali ke Indonesia selepas
studi. Pastinya saya akan menolak tawaran tersebut. Lagipula saya berniat
untuk melanjutkan S3 di Oxford University, bukan di WUR
|
Ibu Z
|
Semoga impian tersebut tercapai ya
balie. Tapi ini saya lihat di essay kamu… kamu pernah membuat pestisida punting
rokok. Kebetulan saya dari jurusan pertanian UGM. Bisa kamu jelaskan hal
tersebut?
|
Balie
|
Tentu ibu. Puntung rokok itu seperti
yang kita ketahui adalah limbah yang sangat sulit didekomposisi oleh
lingkungan. Butuh waktu 25-30 tahun baru bisa membaur dengan tanah. Akibat prilaku
perokok yang sembarangan membuang puntung rokok ke pinggir jalan. Melihat hal
tersebut saya sangat kesal. Tapi tidak mungkin bagi saya untuk memarahi satu
per satu perokok tersebut. Maka dari itu saya mencari cara agar punting rokok
tersebut bisa berguna lagi. Dan ternyata didalam punting rokok tersebut masih
mengandung nicotine yang bisa membunuh hama di tanaman. Saya lalu melakukan
percobaan dengan merendam puntung rokok selama 10 hari, lalu menyemprot hama
ulat grayak. Hanya dalam waktu 1-2 hari hama bisa mati. Membandingkannya dengan
control dan juga pestisida serai wangi dan juga daun nimba yg keduanya bisa
membunuh ulat grayak 3-4 hari. Maka dari itu saya bisa simpulkan punting rokok
bisa dijadikan pestisida.
|
Ibu Z
|
Wow, dengan kata lain punting rokok
tidak bisa menjadi sampah lagi ya jika cara tersebut sudah tersebar keseluruh
Indonesia. Itu bagus sekali. Memang sebagai pemuda ya harus seperti itu,
siapa lagi yang bisa diharapkan selain kalian. Kalau kami ini kan sudah pada
tua, ya Negara ini bergantung pada orang-orang seperti kamu ini.
|
Prof. Y
|
Balie, kembali lagi ke pertanyaan
pasca studi, apa yang akan kamu lakukan untuk Indonesia?
|
Balie
|
Sesuai dengan studi plan saya bu, saya
ingin bekerja disalah satu balai research seperti di LIPI, dan juga membuat social
project di lingkungan metropolitan seperti di Jakarta atau Medan, untuk
berpartisipasi dalam pembuatan rumah kaca di pertengahan kota metropolitan,
dan juga menanam segala macam tanaman didalamnya.
|
Prof. Y
|
Masyarakat seperti apa yang mau kamu
ajak?
|
Balie
|
Masyarakat metropolitan ibu
|
Prof. Y
|
Masyarakat Metropolitan yang seperti
apa?
|
Balie
|
Masyarakat yang tinggal di
Metropolitan ibu
|
Prof. Y
|
Lah, banyak masyarakat yang tinggal di
lingkungan metropolitan. Setahu saya mereka mana mau melakukan hal seperti
itu. Kalau seperti itu jawabanmu, berarti projek social kamu ini hanya
sekedar angan-angan. Karena kamu sendiri juga tidak tahu targetnya siapa.
|
Balie
|
Menurut saya masyarakat metropolitan
ada yang mau turun ke jalan demi lingkungan yang baik ibu.
|
Ibu Z
|
Iya Balie, tapi masyarakat
metropolitan yang seperti apa yang bisa kamu ajak untuk projek sosialmu itu? Itu
yang dimaksud Ibu Prof.
|
Balie
|
Masyarakat metropolitan yang tidak
bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga
|
Ibu Z
|
Nah, itu dia jawabannya. Lama sekali
kamu menjawabnya
|
Prof. Y
|
Maklum bu, masih 24 tahun. Masih perlu
banyak diasah. Ohya pak, saya sudah cukup. Ibu?
|
Ibu Z
|
Saya juga sudah, giliran bapak.
|
Bapak Psikolog X
|
Balie, that was so fun to know you
really enjoy with your life. I want to ask you about your organization. Please
tell me a bit of it
|
Setelah
itu hanya pertanyaan tentang aktivitas, organisasi dan achievements, bapak
psikolog juga sempat menyinggung e-PuS class saya ^_^. Di akhir interview,
mereka memberikan saya kesempatan untuk mengatakan sesuatu. Tentu saya
mengatakan sesuatu sebagai penutup interview saya.
“saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan ini kepada bapak dan ibu-ibu, juga kepada LPDP. Sebelum menutup interview ini, saya ingin meyakinkan ibu-ibu dan bapak, bahwa saya adalah salah satu pemuda terbaik yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Meskipun kualitas saya masih kalah jauh dengan pendahulu saya seperti Sri Mulyani atau BJ Habibie, tapi kegigihan saya sudah teruji insyaallah. Jadi saya percaya saya bisa dan mampu mengemban tanggung jawab sebagai awardee LPDP, jikalau saya diberikan kesempatan tersebut. Terimakasih sekali lagi saya ucapkan”.
Setelah itu saya langsung menyalam tangan interviewer dan keluar dengan senyum puas. Saya hanya bisa mempasrahkan hasilnya kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya usaha telah saya lakukan, tinggal do’a yang menyusul. Dan Alhamdulillah pada tanggal 10 Sepetember 2015, saya diinformasikan bahwa saya LULUS. Sujud syukur saya ucapkan kepada Allah. Rasa bahagia yang tidak terkira. Setelah gagal berulang kali mencari beasiswa, ternyata oh ternyata… LPDP menjadi takdir saya. Insyaallah saya siap mengemban tanggung jawab baru sebagai Awardee LPDP dan menjadi role model dari Indonesia di WUR dan insyaallah siap mengabdi untuk bangsa Indonesia.
Bismillahirrahmanirrahim… I’m waiting for PK (Persiapan Keberangkatan) LPDP and Insyaallah January 2016 will go to WUR.
Noted:
Tuhan tidak pernah mengatakan TIDAK pada setiap doa hambanya. Dia selalu menjawab:
1. Iya
Aku berikan
2. Iya
pasti Aku akan berikan, tapi Aku masih ingin melihat usahamu lagi
3. Iya
Aku berikan yang jauh lebih baik dari rencana dan permintaanmu
Jadi jika kamu ingin menjadi scholarship hunter, kamu harus menyiapkan mental baja. Keep Fighting!!
luar biasa hambalii.... inspiratif, seneng, haru, bangga punya temen berprrstasi kyk km. smoga kami bisa mengikuti jejakmu... amin....
ReplyDeleteTerimakasih Suci Islami. Aq juga bangga punya teman secerdas dirimu. Ayo lanjut master ke luar ci. Semangat! 😊
DeleteBalie, be spirit, I support you ! Because nothing impossible in this world, when you believe with yourself, salute!
ReplyDeleteyou too Egith! Keep fighting to catch Japan! ^_^
Deletethanks 4 sharing Bali....
ReplyDeleteYou're welcome Vesti!
DeleteSukses ya balie, I am proud of you. I enjoyed reading your interview record. I saw your maturity there. It's only beginning Balie, I really yearn to see you with your masterpiece and sincerity to advance the nation. I hope what you got used to receive and do in our training be useful for you. Xlalu Xemangath Pagi, Rock on dude!
ReplyDeleteAmin... ini siapa ya? dari gaya tulisannya ini Mr. Cippy ya? hahahaha maaf klo salah...
DeleteWahh perjalanan Mas Balie sungguh penuh lika liku... Jd teringat pas sy juga dulu daftar Turkiye 2 tahun berturut turut belum diterima :")
ReplyDeleteMas ada yg ngegganjel n mau sy tanyain nih kalo boleh. Mas Balie daftar ke Wageningen skitar bulan November 2014 kan y? Trus memang sengaja daftar untuk yg intake Sept 2015 y? Bukan yg intake Feb 2015?
Nah LOA Wageningen bisa digeser gitu ya Mas? Misal kita diterima yg intake 2015, tinggal minta ke Wageningen rubah, bisa dibikinin LOA untuk yg Feb 2016? Ada syarat tertentu gitu ga ya kalo mau pindah intake n minta LOA yg baru?
Itu dulu mas, makasiii sebelumnya :D. Sukses di Wageningen
Chacha
Hi Mbak chacha... Sebenarnya ini juga berlaku untuk semua univ kok mbak. Gag Hanya Di Wageningen saja. Tapi Ada juga beberapa univ Yg gg memperbolehkan difering offer. Di Wageningen sndiri, Ktika qta apply pertama kali dan lulus,dgn kata lain qta diberikan kesempatan satu x untuk memperpanjang kelulusan qta Demi Mencari scholarship. Ketika qta menjelaskan secara jelas
DeleteOh gitu Mas Balie.. iya sy takut Wageningen masuk ke univ yg ga perbolehin difering. Siip makasi Mas Balie infonya, skrg sy sudah mantap daftar. Doakan menyusul Mas Balie. Sukses terus Mas :D
DeleteChacha
Mengaharukan, tapi happy ending sukses terus balie
ReplyDeletemas balie saya mau nanya nanya dong tentang wageningen bisa kontak kemna ya?
ReplyDeleteKe email saya saja Mbak Eka, ham.aq63@gmail.com
DeleteMas balie mau nanya dong dulu ielts overall scorenya kan 6.0 ya. Nah untuk speakingnya dpt berapa mas kalau boleh tau?
ReplyDeleteMas balie mau nanya dong dulu ielts overall scorenya kan 6.0 ya. Nah untuk speakingnya dpt berapa mas kalau boleh tau?
ReplyDeleteSemangat balie! Inspiratif banget!! Punting atau puntung rokok ya balie? Ehehe.. Semoga ane bisa menyusul ente jg untuk beasiswa mendapatkan lpdp ke depannya :)
ReplyDeleteMari berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg Jogja yang sangat terkenal di tengah kota yang meriah
ReplyDelete