Saturday, September 1, 2012

PPT penyakit Layu Bakteri pada Tembakau


KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
            Adapun judul dari Makalah ini adalah “Pengelolaan Penyakit Terpadu Layu Bakteri (Pseudomonas sp.) pada Tanaman Tembakau               (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Pengelolaan Hama Terpadu Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
            Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Lahmuddin Lubis, MP., dan Ir. Marheni, MP. selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Hama Terpadu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini.
            Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
            Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih, semoga Makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.

Medan,  November 2011


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan Penulisan..........................................................................................
Kegunaan Penulisan.....................................................................................
           

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tembakau......................................................................... 5
Syarat Tumbuh............................................................................................. 8
Daur Hidup Penyakit Layu Bakteri............................................................. 10
Gejala Serangan...........................................................................................

PENGELOLAAN PENYAKIT TERPADU LAYU BAKTERI................... 16

PERMASALAHAN...........................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok) (Rachmat dan Sri, 2009).
Tembakau adalah jenis komoditi yang dikenakan cukai oleh negara. Penerapan cukai terhadap tembakau sudah dilaksanakan pada zaman kerajaan di Indonesia. Para pedagang yang melakukan perdagangan di Indonesia harus membayar cukai terlebih dahulu sebelum diperbolehkan menjual dagangannya (barrier tariff) (Siregar, 2009).
Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim Perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan, secara garis besar berdasarkan iklim tembakau yang di produksi di Indonesia dapat dibagi antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na- Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo, disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah.
Pengendalian hayati yang selama ini sering dibicarakan menjadi hal yang menarik untuk dicobakan. Pengendalian hayati merupakan aplikasi agens hayati terhadap penyakit bakteri patogen tanaman pada umumnya bertujuan untuk membatasi pertumbuhan dan aktivitas pada permukaan tanaman menggunakan bakteri yang bersifat antagonis terhadap patogen. Salah satunya adalah                  Pseudomonas flourecens (Hendratmo, 2009).
Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok (UKM, 2010).
Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon (Anonimous­a, 2009).


Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengelolaan penyakit terpadu layu Bakteri (Pseudomonas sp.) pada tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.).

Kegunaan Penulisan
-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test dan Lulus di   Laboratorium Pengelolaan Hama Terpadu Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun sistematika tanaman tembakau menurut Steenis (2005) yaitu :
Kingdom                     : Plantae
Divisio                         : Spermatophyta
Sub Divisio                 : Angiospermae
Kelas                           : Dicotyledoneae
Ordo                            : Solanales
Famili                          : Solanaceae
Genus                          : Nicotiana
Spesies                        : Nicotiana tabacum L.
Tembakau merupakan tanaman semak yang bersifat tahunan dengan tinggi sampai 2 meter. Tembakau memiliki batang berkayu, bulat dan sedikit berbulu. Diameter batang tembakau sekitar 2 cm dan berwarna hijau.
Daun tembakau merupakan daun tunggal. Permukaan daunnya berbulu, berbentuk bulat telur, tepi daun tembakau rata dengan ujung meruncing dan pangkal tumpul. Panjang daun tembakau sekitar 20-50 cm, lebar 5-30 cm, dan tangkai tembakau memiliki panjang 1-2 cm dan berwarna hijau keputih-putihan.
Akar tembakau bersifat tunggang dan biasanya berwarna putih. Akar tembakau memiliki serabut akar yang berfungsi untuk menyerap air dan hara dari tanah. akar pada tembakau merupakan transportasi pertama pada asupan hara.
Bunga tembakau merupakan bunga Majemuk, ia biasanya tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan. ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu dan berwarna hijau. benang sari lima, kepala sari abu-abu, putik memiliki panjang sekitar 3-3,5 cm, kepala putik satu dan berwarna putih, mahkota bentuk terompet dan berwarna merah muda.
Buah tembakau merupakan buah yang berbentuk Kotak, bulat telur, ketika masih muda buahnya berwarna hijau setelah tua ia berwarna coklat. Biji tembakau berukuran sangat kecil dan berwarna coklat.

Syarat Tumbuh
Keberhasilan usaha penanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Kualitas tembakau juga dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama namun jika iklimnya berbeda, maka kualitasnya pun berbeda.

Tanah
Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup (Anonimousb, 2010).

Iklim
Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Secara umum persyaratan pertumbuhan tanaman baik tembakau hampir sama. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup. Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah (Anonimousc, 2011).
Keberhasilan usaha pertanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan tembakau berkisar antara 18 – 270 C. Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO) daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO) (Anonimousb, 2010).

Daur Hidup Penyakit Layu Bakteri
Penyakit Layu Bakteri disebabkan oleh Pseudomonas sp. Adapun sistematika Pseudomonas yaitu :
Kingdom         : Bacteria
Phyllum           : Proteobacteria
Kelas               : Gamma Proteobacteria
Ordo                : Pseudomonadales
Famili              : Pseudomonadaceae
Genus              : Pseudomonas
Spesies            : Pseudomonas sp.
Layu bakteri menyerang bibit dan tanaman dewasa. Infeksi terjadi akibat luka-luka di akar akibat serangan nematoda atau penggemburan yang tidak hati-hati. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok (Maulidiana, 2009).

Gejala Serangan
Pada tanaman tembakau yang sudah terserang oleh bakteri Pseudomonas sp. Akan menunjukkan gejala serangan seperti daun layu dan bila bagian batang dipotong akan keluar lendir dan berbau (Anonimousd, 2011).
Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok (UKM, 2010).

PENGELOLAAN PENYAKIT TERPADU LAYU BAKTERI
Pengendalian penyakit layu bakteri dilakukan dengan melaksanakan sejumlah kegiatan secara terpadu. Pengendalian dapat dibagi ke dalam dua kelompok kegiatan yaitu 1) membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman dan 2) mencegah meluasnya penyakit tersebut.
Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas sp. misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan memotong bagian yang terserang Pseudomonas sp.
Pengendalian hayati yang selama ini sering dibicarakan menjadi hal yang menarik untuk dicobakan. Pengendalian hayati merupakan aplikasi agens hayati terhadap penyakit bakteri patogen tanaman pada umumnya bertujuan untuk membatasi pertumbuhan dan aktivitas pada permukaan tanaman menggunakan bakteri yang bersifat antagonis terhadap patogen. Salah satunya adalah                  Pseudomonas flourecens (Hendratmo, 2009).
Pengendalian hayati juga merupakan salah satu cara dalam mengelola penyakit layu bakteri secara terpadu pada tanaman tembakau. Dengan menggunakan agen hayati yang bersifat antagonis sehingga mampu mengendalikan bakteri penyebab penyakit layu bakteri yaitu Pseudomonas sp.
PERMASALAHAN
Masalah yang dihadapi sampai saat ini adalah walaupun produksi tembakau Indonesia tergolong besar di dunia tetapi harga jualnya rendah di pasaran luar negeri akibat rendahnya mutu produksi tembakau yang dihasilkan. Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu disusun Pedoman Pengelolaan OPT pada tembakau yang berbasis pengendalian hama terpadu (PHT) untuk menunjang petugas perlindungan perkebunan membantu petani tembakau dalam mengelolan kebunnya.
          Namun pada lahan pembibitan bekas pertanaman tembakau tua yang terserang berat oleh Pseudomonas sp. dan pengolahan lahannya tidak baik, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tembakau terganggu akibat masih adanya sisa serangan dari Pseudomonas sp.
            Lamanya Pseudomonas sp. bertahan pada satu tanaman tembakau tergantung dari keadaan tanaman tersebut. Dengan kata lain pengaruh keadaan lingkungan sangat berpengaruh penting pada pertumbuhan tembakau.

PEMBAHASAN

Permasalahan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh       Pseudomonas sp. pada tanaman tembakau adalah masalah yang cukup serius. Maka dari itu, pengendalian penyakit layu bakteri dilakukan dengan melaksanakan sejumlah kegiatan secara terpadu. Pengendalian dapat dibagi ke dalam dua kelompok kegiatan yaitu 1) membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman dan 2) mencegah meluasnya penyakit tersebut.
Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik, mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas sp. misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan memotong bagian yang terserang Pseudomonas sp.
Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali. Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut : tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam. Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾ guludan, pada 50 – 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.
Pada tanaman tembakau di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya.
Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pomparisasi.

KESIMPULAN

1.      Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup.
2.      Pseudomonas sp. Merupakan bakteri penyebab penyakit layu bakteri pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.)
3.      Pseudomonas sp. merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
4.      Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok.
5.      Pengendalian hama terpadu pada penyakit layu bakteri pada tanaman tembakau bisa dilakukan dengan cara membersihkan penyakit tersebut dengan cara memotong bagian yang terserang dan mencegah penyebaran penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimousa. 2009. Pseudomonas. http://id.m.wikipedia.org. diakses pada tanggal 20 November 2011.

Anonimousb. 2010. Komoditas Tembakau. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 20 November 2011.

Anonimousc. 2011. Budiddaya Tanaman Tembakau. http://yuphyyehahaa.blogspot.com. Diakses pada tanggal                       20 November 2011.

Anonimousd. 2011. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Indoor. http://istanaalam.com. Diakses pada tanggal 20 November 2011.

Hendratmo, W. 2009. Industri Hasil Tembakau dan Peranannya dalam Perekonomian Nasional. USU Press, Medan.

Maulidiana, N. 2009. Identifikasi sistem budiadaya tembakau deli di PTPN 2 Persero di Helvetia. USU Repository, Medan.

Rachmat, M., dan Sri Nuryanti. 2009. Dinamika Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Siregar, M. 2009. Catatan Perkuliahan : Hukum Transaksi Bisnis Internasional. USU Press, Medan.

Steenis, Van. Dr. C. G. G. J. Van., 2005. Flora. PT. Pradhya Pratama, Jakarta.

UKM. 2010. Pengendalian Hama dan Penyakit dalam Budidaya Tembakau. http://binaukm.com. Diakses pada tanggal 20 November 2011.







No comments:

Post a Comment