KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun
judul dari Makalah ini adalah “Pengelolaan Penyakit Terpadu Layu Bakteri
(Pseudomonas sp.) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk
dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Pengelolaan Hama Terpadu Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Lahmuddin Lubis, MP.,
dan Ir. Marheni, MP. selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Hama Terpadu yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini.
Kami
menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir
kata Kami mengucapkan terima kasih, semoga Makalah ini bermanfaaat bagi kita
semua.
Medan, November 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
Latar Belakang.............................................................................................
Tujuan Penulisan..........................................................................................
Kegunaan Penulisan.....................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tembakau......................................................................... 5
Syarat Tumbuh............................................................................................. 8
Daur Hidup Penyakit Layu Bakteri............................................................. 10
Gejala Serangan...........................................................................................
PENGELOLAAN PENYAKIT TERPADU LAYU BAKTERI................... 16
PERMASALAHAN...........................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau merupakan salah satu
komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau yang
utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok
merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk
Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber
devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan
petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok) (Rachmat
dan Sri, 2009).
Tembakau adalah jenis komoditi yang
dikenakan cukai oleh negara. Penerapan cukai terhadap tembakau sudah
dilaksanakan pada zaman kerajaan di Indonesia. Para pedagang yang melakukan
perdagangan di Indonesia harus membayar cukai terlebih dahulu sebelum
diperbolehkan menjual dagangannya (barrier tariff) (Siregar, 2009).
Sebagaimana diketahui tanaman
tembakau merupakan merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis
tanaman semusim Perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini
karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Berbagai jenis tembakau dengan berbagai
kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan,
secara garis besar berdasarkan iklim tembakau yang di produksi di Indonesia
dapat dibagi antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO),
yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim
penghujan/Na- Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk
bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo, disamping itu juga ada jenis
tembakau hisap dan kunyah.
Pengendalian hayati yang selama ini
sering dibicarakan menjadi hal yang menarik untuk dicobakan. Pengendalian
hayati merupakan aplikasi agens hayati terhadap penyakit bakteri patogen
tanaman pada umumnya bertujuan untuk membatasi pertumbuhan dan aktivitas pada
permukaan tanaman menggunakan bakteri yang bersifat antagonis terhadap patogen.
Salah satunya adalah Pseudomonas
flourecens (Hendratmo, 2009).
Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah
layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal
batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun
dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti
asap rokok (UKM, 2010).
Pseudomonas Sp merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan
akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi
antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri
Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan
biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi
untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon
(Anonimousa, 2009).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui pengelolaan penyakit terpadu layu Bakteri (Pseudomonas sp.) pada tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L.).
Kegunaan
Penulisan
-
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test dan Lulus
di Laboratorium Pengelolaan Hama Terpadu Departemen Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun sistematika tanaman
tembakau menurut Steenis (2005) yaitu :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledoneae
Ordo :
Solanales
Famili :
Solanaceae
Genus :
Nicotiana
Spesies :
Nicotiana tabacum L.
Tembakau merupakan tanaman semak yang bersifat tahunan dengan tinggi
sampai 2 meter. Tembakau memiliki batang berkayu, bulat dan sedikit berbulu.
Diameter batang tembakau sekitar 2 cm dan berwarna hijau.
Daun tembakau merupakan
daun tunggal. Permukaan daunnya berbulu, berbentuk bulat telur, tepi daun
tembakau rata dengan ujung meruncing dan pangkal tumpul. Panjang daun tembakau
sekitar 20-50 cm, lebar 5-30 cm, dan tangkai tembakau memiliki panjang 1-2 cm dan
berwarna hijau keputih-putihan.
Akar tembakau bersifat tunggang dan
biasanya berwarna putih. Akar tembakau memiliki serabut akar yang berfungsi
untuk menyerap air dan hara dari tanah. akar pada tembakau merupakan
transportasi pertama pada asupan hara.
Bunga tembakau merupakan bunga
Majemuk, ia biasanya tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal
berlekatan. ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu dan berwarna hijau.
benang sari lima, kepala sari abu-abu, putik memiliki panjang sekitar 3-3,5 cm,
kepala putik satu dan berwarna putih, mahkota bentuk terompet dan berwarna
merah muda.
Buah tembakau merupakan buah yang
berbentuk Kotak, bulat telur, ketika masih muda buahnya berwarna hijau setelah
tua ia berwarna coklat. Biji tembakau berukuran sangat kecil dan berwarna
coklat.
Syarat
Tumbuh
Keberhasilan usaha penanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh
keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh
antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor
tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Kualitas
tembakau juga dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tanaman yang sama namun jika
iklimnya berbeda, maka kualitasnya pun berbeda.
Tanah
Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran
yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik,
sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman
tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah
meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut
harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup (Anonimousb, 2010).
Iklim
Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah
hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Secara umum persyaratan pertumbuhan
tanaman baik tembakau hampir sama. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran
yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik
sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Pada
umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau,
namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup. Tanaman
tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang
sangat basah (Anonimousc, 2011).
Keberhasilan usaha pertanaman
tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya.
Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban,
penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan tembakau
berkisar antara 18 – 270 C. Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO)
daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO) (Anonimousb,
2010).
Daur Hidup Penyakit Layu Bakteri
Penyakit Layu Bakteri
disebabkan oleh Pseudomonas sp.
Adapun sistematika Pseudomonas yaitu :
Kingdom : Bacteria
Phyllum : Proteobacteria
Kelas :
Gamma Proteobacteria
Ordo :
Pseudomonadales
Famili :
Pseudomonadaceae
Genus :
Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas sp.
Layu bakteri menyerang
bibit dan tanaman dewasa. Infeksi terjadi akibat luka-luka di akar akibat
serangan nematoda atau penggemburan yang tidak hati-hati. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah
layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal
batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun
dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti
asap rokok (Maulidiana, 2009).
Gejala Serangan
Pada
tanaman tembakau yang sudah terserang oleh bakteri Pseudomonas sp. Akan menunjukkan gejala serangan seperti daun layu
dan bila bagian batang dipotong akan keluar lendir dan berbau (Anonimousd,
2011).
Gejala
serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun
asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau
ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri
putih seperti asap rokok (UKM, 2010).
PENGELOLAAN PENYAKIT TERPADU LAYU BAKTERI
Pengendalian penyakit layu bakteri dilakukan dengan melaksanakan sejumlah
kegiatan secara terpadu. Pengendalian dapat dibagi ke dalam dua kelompok
kegiatan yaitu 1) membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman dan
2) mencegah meluasnya penyakit tersebut.
Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara
terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan
populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik
kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik,
mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Penyakit yang
disebabkan oleh Pseudomonas sp.
misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan memotong
bagian yang terserang Pseudomonas sp.
Pengendalian hayati yang selama ini
sering dibicarakan menjadi hal yang menarik untuk dicobakan. Pengendalian
hayati merupakan aplikasi agens hayati terhadap penyakit bakteri patogen
tanaman pada umumnya bertujuan untuk membatasi pertumbuhan dan aktivitas pada
permukaan tanaman menggunakan bakteri yang bersifat antagonis terhadap patogen.
Salah satunya adalah Pseudomonas
flourecens (Hendratmo, 2009).
Pengendalian hayati juga
merupakan salah satu cara dalam mengelola penyakit layu bakteri secara terpadu
pada tanaman tembakau. Dengan menggunakan agen hayati yang bersifat antagonis
sehingga mampu mengendalikan bakteri penyebab penyakit layu bakteri yaitu Pseudomonas sp.

Masalah yang dihadapi
sampai saat ini adalah walaupun produksi tembakau Indonesia tergolong besar di
dunia tetapi harga jualnya rendah di pasaran luar negeri akibat rendahnya mutu
produksi tembakau yang dihasilkan. Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan
salah satu penyebab rendahnya mutu tersebut.
Berdasarkan hal tersebut
diatas maka perlu disusun Pedoman Pengelolaan OPT pada tembakau yang berbasis
pengendalian hama terpadu (PHT) untuk menunjang petugas perlindungan perkebunan
membantu petani tembakau dalam mengelolan kebunnya.
Namun pada
lahan pembibitan bekas pertanaman tembakau tua yang terserang berat oleh Pseudomonas sp. dan pengolahan lahannya
tidak baik, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tembakau terganggu akibat
masih adanya sisa serangan dari Pseudomonas
sp.
Lamanya Pseudomonas sp. bertahan
pada satu tanaman tembakau tergantung dari keadaan tanaman tersebut. Dengan kata
lain pengaruh keadaan lingkungan sangat berpengaruh penting pada pertumbuhan
tembakau.


Permasalahan penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas
sp. pada tanaman tembakau adalah masalah yang cukup serius. Maka dari itu,
pengendalian penyakit layu bakteri dilakukan dengan melaksanakan sejumlah
kegiatan secara terpadu. Pengendalian dapat dibagi ke dalam dua kelompok
kegiatan yaitu 1) membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman dan
2) mencegah meluasnya penyakit tersebut.
Konsep pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah pengendalian secara
terpadu. Dalam hal ini yang penting adalah melakukan pengamatan perkembangan
populasi hama atau penyakit. Apabila populasi hama dan penyakit melewati titik
kritis ambang ekonomi maka harus dilakukan pengendalian baik secara fisik,
mekanik, biologis, teknik budidaya maupun secara kimia. Penyakit yang
disebabkan oleh Pseudomonas sp.
misalnya pada kepadatan populasi tertentu cukup dikendalikan dengan memotong
bagian yang terserang Pseudomonas sp.
Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep
(basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya
lahan dikeringkan kembali. Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan
indikator sebagai berikut : tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi
melekat apabila digenggam. Tinggi air irigasi ditentukan berdasarkan umur
tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾ guludan,
pada 50 – 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.
Pada tanaman tembakau di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara
sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup
seragam dan mencukupi volumenya.
Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung
pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman
dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pomparisasi.
KESIMPULAN
1.
Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH
5,5 – 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk
pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air
yang cukup.
2. Pseudomonas sp. Merupakan bakteri
penyebab penyakit layu bakteri pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.)
3. Pseudomonas
sp. merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai
jenis hidrokarbon.
4. Gejala
serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun
asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau
ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri
putih seperti asap rokok.
5. Pengendalian hama terpadu pada
penyakit layu bakteri pada tanaman tembakau bisa dilakukan dengan cara
membersihkan penyakit tersebut dengan cara memotong bagian yang terserang dan
mencegah penyebaran penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimousa.
2009. Pseudomonas. http://id.m.wikipedia.org. diakses pada tanggal 20 November
2011.
Anonimousb.
2010. Komoditas Tembakau. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada tanggal
20 November 2011.
Anonimousc.
2011. Budiddaya Tanaman Tembakau. http://yuphyyehahaa.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 20
November 2011.
Anonimousd.
2011. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Indoor. http://istanaalam.com.
Diakses pada tanggal 20 November 2011.
Hendratmo,
W. 2009. Industri Hasil Tembakau dan Peranannya dalam Perekonomian Nasional. USU
Press, Medan.
Maulidiana,
N. 2009. Identifikasi sistem budiadaya tembakau deli di PTPN 2 Persero di
Helvetia. USU Repository, Medan.
Rachmat,
M., dan Sri Nuryanti. 2009. Dinamika
Agribisnis Tembakau Dunia dan Implikasinya bagi Indonesia. Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Siregar,
M. 2009. Catatan Perkuliahan : Hukum Transaksi Bisnis Internasional. USU Press,
Medan.
Steenis, Van. Dr. C.
G. G. J. Van., 2005. Flora. PT. Pradhya Pratama, Jakarta.
UKM.
2010. Pengendalian Hama dan Penyakit dalam Budidaya Tembakau.
http://binaukm.com. Diakses pada tanggal 20 November 2011.
No comments:
Post a Comment