Thursday, March 24, 2011

laporan kurva sigmoid

KURVA SIGMOID
LAPORAN
OLEH :
ACHMAD HAMBALI NASUTION / 090301053
SRI ENDAH NURZANNAH / 090301006
AGROEKOTEKNOLOGI
II/5






















LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

KURVA SIGMOID
LAPORAN
OLEH :
ACHMAD HAMBALI NASUTION / 090301053
SRI ENDAH NURZANNAH / 090301006
AGROEKOTEKNOLOGI
II/5

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ditugaskan Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium



(Ir. Meiriani Sembiring, MP)
NIP : 19650518 199203 2 001



Diketahui Oleh :
Asisten Koordinator Laboratorium



(Ruben P. Tambunan)
NIM : 060301023
Diperiksa Oleh :
Asisten Koordinator Judul



(Onny Suriyono Silaen)
NIM : 080301069


LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Adapun judul dari laporan ini adalah Kurva Sigmoid yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar mata kuliah Fisiologi Tumbuhan, yaitu Prof.Dr.Ir. J.A. Napitupulu, MSc ; Prof. Ir. J.M. Sitanggang, MP ; Ir. Lisa Mawarni, MP ; Ir. Haryati, MP ; Ir.Ratna Rosanty, MP dan Ir. Meiriani, MP , serta kepada para asisten Laboratorium Fisiologi Tumbuhan yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, 12 November 2010

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 2
Kegunaan Penulisan 2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 3
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Pertumbuhan dan Perkembangan

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 7
Alat dan Bahan Percobaan 7
Prosedur Percobaan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 9
Pembahasan 11

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 13
Saran 13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan kedua setelah beras. Disamping itu jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan sebagai bahan pakan sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20 % (Adisarwanto dan Widyaastuti, 2009).
Zea mays L. merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok (http://news.nationalgeographic.com, 2010).
Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan (menurut batasan diatas, yaitu pertambahan ukuran) mudah dirancukan dengan pembelahan sel di meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan ujung akar dan ujung tajuk mempunyai meristem (Salisbury dan Ross, 1992).
Jagung adalah tanaman menyerbuk silang. Galur murni bagi pengujian adaptasi terhadap cekaman lingkungan tidak tersedia dalam plasma nutfah alami. Pada pemuliaan jagung bagi adaptasi terhadap tanah masam podsolik daerah kering, telah dimulai dengan melaksanakan silang puncak dari 15 varietas bersari bebas (Makmur, 2003).
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering di jumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk 5 dengan waktu, yang di kenal dengan nama Kurva Sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertumbuhan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris, yaitu setengah bagian pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak diantara kedua asimptot (Sitompul dan Guritno, 1995).
Pertumbuhan sebuah tanaman atau suatu tanaman organik dengan serangkaian hasil dari pertumbuhan sel-sel yang meristematik yang saling menyatu. Pada ujung batang atau akar terbagi menjadi 3 daerah : daerah pembentukan sel, daerah pembesaran dan daerah pendewasaan (Pradhan, 1997).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun struktur tanaman jagung menurut http://www.plantamor.com (2010), yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Subdivisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Akar pada tanaman jagung yaitu jenis akar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan oleh tanah. Bentuk siatem perakarannya sangat bervariasi (Suprapto, 1999).
Batang tanaman jagung kaku dengan tinggi berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Percabangan (batang liar) umumnya terbentuk pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Daun pada tanaman jagung terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan ke dalam pelepah daun (Suprapto, 1999).
Pada tanaman jagung terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun. Bunga jantan disebut juga staminate. Bunga ini terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai pertengahan umur. Bunga jantan yang terbungkus ini didalamnya terdapat benang sari. Disamping itu bagian dari bunga jantan yang lain ialah glumae (sekam kelopak), sekam tajuk atas (palea), sekam tajuk bawah (lemma), dan kantung sari berjumlah 3 pasang yang panjangnya lebih kurang 6 mm. Didalam kantung sari terkandung tepung sari yang jumlahnya kira-kira 2500 butir (Aak, 1993).
Buah jagung berbentuk tongkol, buah masak berwarna kuning atau ungu. Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. bakal buah berbentuk telur dengan tangkai putik yang sangat panjang dan berujung cabang dua (Steenis, 2005).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada yang dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas 10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih dari 200-400 butir (Rukmana, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Jagung adalah annual musiman yang tumbuh baik di bawah moderasi temperatur dan kelembaban. Tetapi ini dikultivasi dibawah lebih kondisi lingkungan daripada tanaman lain. Sebuah rata-rata temperatur 23o C (73oF) atau diatas, dengan banyak sinar matahari dan 37 sampai 50 cm (15-20 inci) dari hujan yang turun 3 sampai 5 bulan dapat tumbuh ideal (Decoteau, 2000).
Jagung memerlukan kira-kira 20 inci air untuk memberikan hasil yang memuaskan. Maksudnya 20 inci air cocok pada tanah untuk tumbuh tanaman, bukan 20 inci presipitasi. Kebanyakan dari jagung belt rata-rata tahunan presipitasi adalah 40 inci, meskipun wilayahnya kecil dalam satu wilayah mulai 30 sampai 35 inci (Halligan, 1911).
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetatif dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi karbohidrat. Umumnya dimanapun jagung bijian tumbuh, jagung manis dapat juga tumbuh, karena untuk mencapai matang panennya diperlukan waktu yang lebih pendek (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Macam tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah tanah aluvial atau lempung yang subur. Terbebas pengairannya karena tanaman jagung tidak toleran pada genangan air (Kartasapoetra, 1988).
Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,0 dan 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Selama beberapa tahun dengan presipitasi normal, tanah jagung belt memberikan cadangan makanan mulai dari masa pertumbuhan. Tanpa menyerap makanan dari dalam tanah, pertumbuhan jagung menjadi lambat di bulan juli (Evans and Donahue, 1957).
Tanaman jagung toleran terhadap reaksi kemasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat kemasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 6,8. Hasil penelitian di luar negri menunjukkan bahwa reaksi tanah berpengaruh terhadap hasil jagung. Reaksi tanah yang memberikan hasil tertinggi pada jagung adalah pH 6,8 (Suprapto, 1999).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon , dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Susilo, 1991).
Daerah pertumbuhan : setiap organ pertumbuhan seperti sel, melewati fase-fase pertumbuhan yang diuraikan dalam 126 bagian dan ia menunjukkan suatu periode pertumbuhan yang hebat. Di bagian akar kita menemukan bahwa hanya di samping apex sel-sel aktif membelah. Pertumbuhan bersifat sederhana dan berisi peningkatan kualitas protoplasma yang semakin membaik. Seperti sel-sel baru secara berkelanjutan dibentuk dalam jaringan meristem. Sel-sel tersebut kemudian kehilangan daya tumbuh, sel yang paling tua atau yang paling ujung letaknya dari apex, dan akhirnya mereka melewati / memasuki fase kematangan atau kondisi yang dewasa. Dengan kata lain, setiap bagia akar memiliki periode pertumbuhan yang hebat dan panjang (Pradhan, 1997).
Pada proses pertumbuhan tanaman jagung dibedakan dalam dua stadia pertumbuhan, yaitu : a. stadia vegetatif meliputi fase berkecambah, dilanjutkan dengan fase pertumbuhan vegetatif, yang akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi lambat hingg dimulainya stadia generatif, b. stadia generatif dimulai dengan pembentukan primordia, proses pembungaan yang mencakup penyerbukan dan pembuahan, hingga masuk ke fase reproduksi (Aak, 1993).
Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
1. Faktor suhu / temperatur lingkungan
2. Faktor kelembaban
3. Faktor cahaya matahari
4. Faktor hormon
(http://prestasiherfen.blogspot.com, 2010).
Menurut comstock dan robinson (1952), dampak esensial yang paling banyak dari program pemuliaan jika tidak semuanya adalah seleksi yang didasarkan secara genetik pada individu atau famili yang beragam dan penggunaan bahan yang diseleksi untuk kreasi populasi baru yang akan digunakan sebagai varietas komersial baru yang potensial atau sebagai dasar untuk siklus yang baru. Serta identitas dari seleksi yang secara praktis akan mempengaruhi kecepatan perkembangan genetik dari seleksi yang dilakukan (Allard, 2003).
Tumbuhan tumbuha karena adanya meristem yang menghasilkan sel-sel baru, kemudian membesar dan berdiferensiasi, maka tumbuhan meninggalkan catatan riwayat pertumbuhannya. Kita semua mengetahui bahwa sebagian besar riwayat gelondong kayu dapat diamati dan mengamati lingkar tahunan pada irisan melintangnya (Ashari, 1995).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di areal percobaan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian 25 meter dpl. Dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2010 sampai tanggal 9 November 2010.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih jagung (Zea mays L.) sebagai sampel tumbuhan yang akan diamati pertumbuhannya, tanah, pasir dan kompos sebagai media tanam dengan perbandingan 2:1:1 dan polybag 10 Kg sebagai media tanam, label nama sebagai identitas tanaman yang akan diamati, serta air untuk menyiram tanaman.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan adalah cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan, batu bata sebagai alas polybag, meteran untuk mengukur lahan yang akan diamati, pacak untuk menjadi penanda batas areal percobaan , tali plastik untuk mengikat dari satu pacak ke pacak lain, gembor sebagai wadah air untuk menyiram tanaman, buku data untuk menulis hasil pengamatan, beko sebagai alat untuk mengangkut pasir dan tanah, penggaris sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, serta alat tulis yang membantu dalam proses pencatatan hasil pengamatan.
Prosedur Percobaan
- Diolah lahan dengan ukuran 4 x 10 m dengan cangkol
- Dipacaki setiap batas lahan
- Dicampur tanah top soil, pasir dan kompos (2:1:1)
- Dimasuki campuran tanah tersebut ke dalam polybag 10 Kg
- Diatur letak polybag dalam lahan (4x10 m) dengan skala 10 baris 4 kolom, sehingga diperoleh 40 polybag yang tersusun.
- Diletakkan batu bata sebagai alas polybag di lahan
- Ditanam benih jagung dengan kedalaman 5 cm
- Diamati jumlah daun dan tinggi tanaman jagung setiap minggu
- Digambar grafiknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Tinggi tanaman
MST Sampel Total Rataan
I II
1 15 cm 11 cm 26 cm 13 cm
2 31,6 cm 37,4 cm 69 cm 34,5 cm
3 59 cm 57 cm 116 cm 58 cm
4 90 cm 73,5 cm 163,5 cm 81,75 cm
5 99 cm 78 cm 177 cm 88,5 cm
6 104 cm 83,5 cm 187,5 cm 93,75 cm
7 108 cm 91 cm 199 cm 99,5 cm
8 108,75 cm 91,5 cm 200,25 cm 100,125 cm
9 109 cm 92 cm 201 cm 101,5 cm
10 110 cm 94 cm 204 cm 100,5 cm






2. Jumlah daun
MST Sampel Total Rataan
I II
1 2 1 3 1,5
2 3 3 6 3
3 5 5 10 5
4 8 6 14 7
5 8 6 14 7
6 8 7 15 7,5
7 9 7 16 8
8 9 7 16 8
9 9 7 16 8
10 9 7 16 7









Pembahasan
Dari hasil pengamatan, pada minggu pertama memiliki rataan tinggi sebesar 13 cm. Sedangkan pada minggu kesepuluh tanaman jagung mengalami peningkatan, rataan tinggi sebesar 100,5 cm. Hal ini dikarenakan tanaman mengalami pertumbuhan yang mana serangkaian hasil dari pertumbuhan sel-sel meristematisik yang saling menyatu. Hal ini sesuai dengan literatur Pradhan (1991) yaitu Pertumbuhan sebuah tanaman atau sebuah organik dengan serangkaian hasil dari pertumbuhan sel-sel yang meristematik yang saling menyatu.
Dari hasil pengamatan pada minggu pertama tanaman jagung memiliki rataan jumlah daun sebesar 1,5 helai sedangkan pada minggu kesepuluh tanaman jagung mengalami peningkatan rataan jumlah daun sebesar 7 helai. Hal ini dikarenakan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif tumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur http://file.upi.edu (2010) yaitu pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian vegetatif di atas tanah terutama ditentukan oleh aktivitas meristem apikal karena di sini primordia daun terbentuk.
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada minggu pertama dan kedua yaitu 13 cm menjadi 34,5 cm. Fase ini menunjukkan adanya pertambahan ukuran atau jumlah seiring jalannya waktu. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). ini berarti laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh .
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada minggu ketujuh dan kedelapan yaitu 99,5 cm menjadi 100,125 cm. Fase ini menunjukkan adanya pertumbuhan yang konstan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari minggu pertama sampai ke sepuluh mengalami penurunan rataan, yaitu pada minggu ke sembilan menuju kesepuluh, sebesar 101,5 cm menurun menjadi 100,5 cm. Fase penuaan ini menunjukkan adanya penurunan, karena tanaman jagung telah mencapai kematangan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase penuaan dicirikan dengan laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
Dari hasil pengamatan, data membentuk kurva S (sigmoid). Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung pada minggu pertama dan kedua yaitu 13 cm menjadi 34,5 cm (mengalami peningkatan), minggu ketujuh dan kedelapan yaitu 99,5 cm menjadi 100,125 cm (konstan) serta tidak ada fase penuaan yang terjadi. Kurva ini menunjukkan ukuran kumulatif yang dipengaruhi oleh fungsi dan waktu. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal yaitu kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utma biasanya mudah dikenali : fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada percobaan tanaman jagung diperoleh rataan tinggi tanaman pada minggu pertama dan terakhir sebesar 13 cm dan 102 cm.
2. Dari percobaan dengan parameter jumlah daun, diperoleh rataan jumlah daun pada minggu pertama dan terakhir sebesar 1,5 helai dan 8 helai.
3. Dari hasil pengamatan diperoleh tanaman jagung (Zea mays L.) yang mengalami fase logaritmik yaitu pada minggu pertama dan kedua, dari 13 cm menjadi 34,5 cm.
4. Dari hasil pengamatan diperoleh tanaman jagung (Zea mays L.) yang mengalami fase linier yaitu pada minggu ketujuh dan kedelapan, dari 99,5 cm menjadi 100,125 cm.
5. Dari hasil pengamatan diperoleh tanaman jagung (Zea mays L.) yang mengalami fase penuaan yaitu pada minggu kesembilan dan kesepuluh, dari 101,5 cm menjadi 100,5 cm.
6. Dari hasil pengamatan, data membentuk kurva S (Sigmoid), karena adanya fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan.
Saran
Sebaiknya praktikan melakukan perawatan secara intensif agar diperoleh hasil yang optimal dan dapat sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.


DAFTAR PUSTAKA
Aak., 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Adisarwanto, T., dan Y. E, Widyaastuti., 2000. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering. Penebar Swadaya, Bandung.

Allard, R. W., 2003. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

Ashari, S., 1995. Hortikultura. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Decoteau, D. R., 2000. Vegetable Crops. Prentice Hall Upper Saddle River, USA.

Evans, E. F., and R. L, Donahue., 1957. Exploring Agriculture an Introduction to Food and Agriculture. Prentice Hall, Inc., USA.

Halligan, J. E., 1911. Fundamentals of Agricultre. D. C. Heath and Company, New york.

http://news.nationalgeographic.com., 2010. Jagung. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2010.

http://prestasiherfen.blogspot.com., 2010. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan dan Pertumbuhan Tumbuhan. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2010.

http://www.plantamor.com., 2010. Jagung. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2010.

Kartasapoetra, A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Makmur, A., 2003. Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press, Bogor.

Pradhan, S., 1997. Plant Physiology. Har-anand Publication PVT, Ltd., India.

Rubatzky, V. E., dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia 1. Penerbit ITB, Bandung.

Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.

Salisbury , F. B., dan C. W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta.

Steenis, Van. Dr. C. G. G. J. Van., 2005. Flora. PT. Pradhya Pratama, Jakarta.

Suprapto. 1999. Bertanam Jagung. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Lampiran





















Keterangan : Fase Penuaan
Fase Linear
Fase Logaritmik

No comments:

Post a Comment